Kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Literasi dan Numerasi yang diadakan bagi para guru SMP Negeri se-Kecamatan Karanganyar menjadi langkah penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah ini. Bimtek ini bertujuan untuk memperkuat kemampuan guru dalam mengajarkan literasi dan numerasi, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi pelajaran dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui sertifikat yang diberikan setelah mengikuti kegiatan ini, para guru diharapkan dapat menerapkan metode dan pendekatan baru yang lebih efektif dalam pembelajaran di kelas.
EDUKASI BELAJAR IPA
Media Belajar & Sharing Materi IPA
Senin, 14 Oktober 2024
Rabu, 02 Oktober 2024
Setaka (Sekolah Taman Pustaka)
Temuan di lapangan banyak sekali
dijumpai anak yang jarang melakukan aktivitas membaca ataupun berkarya melaui
tulisan. Mereka sering terlihat hanya melakukan aktivitas bermedsos melalui
gawai. Hal tersebut menunjukkan bahwa literasi yang rendah. Padahal di era
globalisasi ini, salah satu kunci kesuksesan adalah literasi.
Dalam hal ini dari
tim pengembang P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) SMPN 2
Karanganyar mencoba menyikapi rendahnya literasi siswa era sekarang dengan sebuah program yaitu “Setaka”
atau “Sekolah Taman Pustaka” di SMPN 2 karanganyar, Kabupaten Ngawi.
Tujuan Setaka
adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa pada masa pasca
pandemic. Caranya adalah melalui penugasan berbasis portofolio dengan cara telaah
tema literasi yang ditentukan oleh guru , mengkritisi permasalahan literasi
melaui berbagai sumber baik sumber langsung seperti tokoh masyarakat, orang
tua, keluarga, Perpustakaan Daerah maupun sumber digital seperti browsing,
searching melalui kanal youtobe, ataupun website.
Rabu, 25 September 2024
Praktik Baik Asesmen Berbasis Simulasi Keselamatan Kerja; Guardian Of the Lab Assessment
Selamat datang di Guardian of the Lab Assessment,
sebuah asesmen inovatif yang dirancang untuk mendukung pelaksanaan kurikulum
merdeka di SMP Negeri 2 Karanganyar Kabupaten Ngawi. Diera kurikulum
merdeka ini, sebagai seorang pendidik kita harus dapat beradaptasi dengan
melakukan pembelajaran yang inovatif dan kreatif untuk memenuhi
kebutuhan belajar peserta didik yang sesuai.
"Guardian of the Lab Assessment" adalah inovasi penilaian yang mengintegrasikan simulasi keselamatan kerja di laboratorium dengan pendekatan kreatif. Siswa berperan sebagai “Guardian” untuk menyelesaikan 3 misi utama:
Skenario pembelajaran: (Untuk MODUL AJAR dapat klik DISINI)
1.Pendahuluan: Menyambut Guardian of the Lab
2.Misi pertama: Mengidentifikasi Simbol Bahaya
3.Misi kedua:Memilih Alat Pelindung Diri (APD)
4.Misi ketiga : Simulasi Prosedur Evakuasi
5.Refleksi dan Umpan Balik
6.Penutup: Penghargaan untuk Guardian of the Lab.
Asesmen ini berlanjut dengan laporan kontekstual tentang pencegahan kebakaran hutan, bekerja sama dengan narasumber dari Perhutani. Ini menghubungkan teori dan praktik secara autentik, berkelanjutan, dan relevan dengan kehidupan siswa, membangun literasi sains sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan.
Contoh instrumen penilaian :
Selasa, 27 Agustus 2024
Contoh Jurnal PPG Tervalidasi
Banyak jurnal Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang belum valid disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, ketidaksesuaian antara isi jurnal dan pedoman yang telah ditetapkan oleh pihak penyelenggara menjadi masalah utama. Banyak guru peserta PPG masih belum sepenuhnya memahami atau mengikuti format dan kriteria evaluasi yang diharapkan, yang menyebabkan jurnal yang mereka buat tidak memenuhi standar validasi. Selain itu, kurangnya pendampingan atau bimbingan dalam penyusunan jurnal ini juga berperan, membuat banyak peserta merasa kebingungan dalam merangkai materi yang tepat.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah keterbatasan waktu dan beban tugas yang menumpuk. Dalam program PPG, peserta sering kali harus membagi waktu antara pekerjaan sehari-hari, kegiatan belajar, dan penyusunan jurnal. Akibatnya, beberapa jurnal disusun dengan terburu-buru atau kurang teliti, yang berdampak pada kualitasnya. Selain itu, penilai jurnal juga memiliki standar yang ketat dan mengharuskan setiap elemen jurnal ditulis dengan rinci dan jelas, sehingga banyak jurnal yang akhirnya dinyatakan belum valid karena tidak memenuhi kriteria tersebut
Adapaun kriteria supaya lolos dan tervalidasi sistem berdasarkan https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/hc/en-us/articles/35281816161177-Cara-Mengerjakan-Jurnal-Pembelajaran-Sertifikasi-Pendidik antara lain:
1. Memenuhi minimal 300 kata
2. Tidak mengandung unsur plagiasi
3. Disarankan menggunakan aplikasi pengolahan kata seperti Ms. Word atau Google Docs dan tidak terlalu banyak unsur visual agar dapat terbaca oleh sistem.
4. Unggah Jurnal Pembelajaran dalam format PDF.
Berikut kami sertakan contoh jurnal sebagai rujukan bagi rekan-rekan yang dalam PPG . Silahlan klik DISINI. Semoga bermanfaat dan terima kasih.Selasa, 16 Juli 2024
Capaian Pembelajaran / CP IPA terbaru
Berbekal capaian pembelajaran yang telah diperoleh di fase sebelumnya, peserta didik mendeskripsikan bagaimana hukum-hukum alam terjadi pada skala mikro hingga skala makro dan membentuk sistem yang saling bergantung satu sama lain. Pada fase ini, peserta didik mengimplementasikan pemahaman terhadap konsep- konsep yang telah dipelajari untuk membuat keputusan serta menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk lebih detail capaian pembelajaran (CP) IPA SMP
Silahkan download disini.
Terima kasih
Selasa, 28 Mei 2024
Kegiatan Bimtek Penyusunan Soal Ujian Sekolah MGMP IPA 2024
Kegiatan Bimtek Penyusunan Soal Ujian Sekolah MGMP IPA 2024
Untuk download sertifikat silahkan KLIK DISINI
Terima kasih
Selasa, 14 November 2023
Kamis, 14 September 2023
Senin, 05 Juni 2023
Jurnal Refleksi Modul 3.3 Bagian 2
Jurnal Refleksi Dwi Mingguan
3.3 Pengelolaan Program Yang Berdampak Positif Pada
Murid_Bagian 2
Periode 23 Mei sampai 05 Juni 2023
Oleh:
Hery Teguh Wiyono
SMPN 2 Karanganyar
CGP Kabupaten Ngawi
Assalamualaikum wr.wb
Salam dan Bahagia
Dalam mengerjakan
jurnal refleksi ini saya menggunakan model refleksi yang dikembangkan
oleh Dr. Roger Greenaway, yaitu 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). 4F
merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat
diterjemahkan menjadi 4P.
Fact
(Peristiwa)
Jurnal Refleksi ini adalah kelanjutan dari jurnal refleksi dwi mingguan modul 3.3 sebelumnya. Minggu ini adalah minggu terakhir saya mempelajari modul 3.3. Kegiatan dilanjutkan dengan memasuki Ruang kolaborasi secara daring dimana kami dipandu oleh Fasilitator bekerja dalam kelompok yang telah ditentukan. Diruang kolaborasi ini kami dalam satu kelompok berdiskusi dan membuat sebuah program /kegiatan sekolah yang mempromosikan suara, pilihan, kepemilikan murid. Kemudian setiap kelompok akan mempresentasikan pilihan program yang telah dibuat dan kelompok lain memberikan umpan balik serta terakhir diberikan penguatan oleh fasilitator kami yaitu Bapak Mualif.Program kami yaitu kelompok 3 adalah Jumasih Cilung (Jumat Bersih Cinta Lingkungan)
Pembelajaran dilanjutkan dengan membuat Demonstrasi
Kontekstual, dimana CGP dapat mengembangkan ide dari ruang kolaborasi menjadi
sebuah prakarsa perubahan dalam bentuk rencana program/kegiatan yang
memanfaatkan model manajemen perubahan BAGJA. Kami dituntut agar dapat membuat
suatu program rencana perubahan terkait dengan program/kegiatan yang ingin diterapkan.
Baik berupa kegiatan atau program intrakurikuler, ekstrakurikuler, atau
ko-kurikuler. Hal terpenting adalah saat merancang program/kegiatan tersebut
harus menggambarkan bagaimana suara, pilihan, kepemilikan murid akan
didorong, serta mengembangkan satu atau lebih karakteristik lingkungan yang
akan mendukung tumbuh kembangnya kepemimpinan murid tersebut.
Memasuki sesi Elaborasi Pemahaman Bersama Instruktur pada
tanggal 26 mei 2023 Pk. 12.30 – 14.00 WIB. Ini adalah ruang elaborasi kami yang
terakhir dalam Pendidikan Guru Penggerak. Disini kami berdiskusi dan
mendapatkan penguatan pemahaman terkait pengelolaan program yang berdampak pada
murid. Kemudian dilanjutkan pada Koneksi Antar Materi dan Aksi Nyata
Tanggal 31 Mei kami mengikuti post test yang terdiri dari 20 soal. Detelah itu kami mengikuti lokakarya pada hari Sabtu tanggal 3 Juni 2023 di SDN Margomulyo 1 Ngawi.
Feeling
(Perasaan)
Yang saya rasakan di dua minggu terakhir mengikuti program
Pendidikan guru penggerak Ini adalah perasaan bahagia bercampur rasa sedih.
Bahagia karena saya dapat menjalankan dan menyelesaikan tugas-tugas yang ada
pada LMS, senantiasa diberikan Kesehatan oleh Allah SWT dan mendapatkan ilmu
serta wawasan yang sangat luar biasa yang pada akhir nya merubah mindset saya
tentang bagaimana menjadi seorang guru yang berpihak pada murid. Sedangkan rasa
sedih yang saya rasakan karena minggu ini adalah minggu terakhir dimana saya
dan rekan-rekan CGP serta Fasilitator bertemu di ruang kolabari. Saya
akan sangat merindukan momen ini nanti tentang keseruan berdiskusi, urun
pendapat dan yang lainnya semoga di lokakarya nanti kami dapat bertemu lagi dan
besar harapan saya di lokakarya ke 7 nanti saya dan rekan-rekan dapat bertemu,
bertatap muka didunia nyata dengan Fasilitator Bapak Mualif yang telah
membimbing kami selama kami mengikuti Pendidikan Guru Penggerak ini.
FIndings(Pembelajaran)
Modul 3.3 ini menambah pemahaman saya bahwa sebuah program
yang dirancang dan dibuat perlu termuat voice/suara, choice/pilihan dan
ownership/kepemilikan murid. Tahapan yang dilakukan dalam membuat program
yang berdampak pada murid adalah dengan maping asset/ pemetaan potensi
yang dimiliki oleh sekolah dengan tepat. Maping asset yang tepat akan
memudahkan optimalisasi program berjalan dengan lancar tentunya membantu
meminimalisir kendala. Optimalisasi asset yang benar tentunya memudahakan dalam
mewujudkan visi-dan misi sekolah yang berpihak pada murid
Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid adalah
salah satu kompetensi atau point penting yang harus dimiliki oleh CGP sebagai
pemimpin pembelajaran dalam rangka lebih berkreasi dan berinovasi serta
bersinergi untuk mengembangkan asset yang ada di sekolah. Program yang
terkelola dengan baik akan berdampak pada merdeka belajar dan tentunya akan
melahirkan murid yang berprofil pelajar Pancasila
Future (Penerapan ke depan)
Rancana kedepan dengan ilmu yang sudah didapat dalam
Pendidikan Guru Penggerak ini, saya akan berkolaborasi dengan rekan
sejawat dan mengimplementasikan di sekolah. Dalam menyusun sebuah program
yang dirancang tentunya harus mempromosikan voice/suara, choice/pilihan
dan ownership/kepemilikan murid.
Sekian Jurnal refleksi dwi mingguan modul 3.3 bagian 2 yang
saya buat, semoga bermanfaat.
Wa’salmu’alaikum Wr. Wb.
Minggu, 28 Mei 2023
Refleksi Aksi Nyata Modul 2.2
Oleh :
Hery teguh Wiyono
SMPN 2 Karanganyar
CGP Kabupaten Ngawi
Pelajaran dalam modul 2.2 ini telah selesai maka saya akan menceritakan refleksi seperti biasanya dengan model 4F yang dapat diterjemahkan model 4P yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway yaitu:
1. Facts(
Peristiwa)
2. Feelings ( Perasaan)
3. Findings ( Pembelajaran)
4. Future ( Penerapan )
Saya akan tuliskan satu persatu pengalaman
dan refleksi saya:
FACT (PERISTIWA)
1. Apa
yang bapak/ibu lihat dalam Proses tersebut ?
Pada bulan Maret 2023 ini saya belajar tentang
penerapan pembelajaran sosial dan emosional. Mempelajari pembelajaran sosial
emosional dengan alur Merdeka, Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan saya
mempelajari dari mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi,
demontrasi kontekstual, koneksi antar materi dan yang terakhir aksi nyata.
Dalam modul ini kami mengenal dan memahami roda emosi,kompetensi sosial dan
emosional, teknik STOP dan masih banyak lagi materi baru yang saya dapatkan.
Pembelajaran sosial dan mosional adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara
kolaboratif dengan seluruh warga sekolah.
Pembelajaran sosial dan emosional membuat murid dapat
merasakan sosial dan emosional yang dirasakannya dan orang lain serta
kemampuannya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Tujuan
Pembelajaran sosial dan emosional yaitu untuk menciptakan lingkungan belajar
yang aman, nyaman dan bahagia agar seluruh individu di sekolah dapat
meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well being)
secara optimal.
Mengembangkan 5 kompetensi sosial dan
emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan
berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab yang dilaksanakan di
kelas dan sekolah melalui 4 indikator pengajaran eksplisit, integrasi guru
dalam mengajar dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya
sekolah, dan penguatan pembelajaran sosial dan emosional PTK di sekolah.
FEELINGS (PERASAAN)
2. Apa yang bapak/ibu rasakan sehubungan dengan proses yang
anada alami ?
Selama mempelajari dan menerapkan modul 2.2
tentang Pembelajaran sosial dan emosional saya merasa senang dan bersemangat
dalam mendapatkan materi ini melalui pendidikan guru Penggerak karena
sebelumnya belum mengetahui lebih mendalam terkait penerapan Pembelajaran
sosial dan emosional. Melalui modul 2.2 ini saya mengetahui bagaimana
pembelajaran sosial dan emosional akan sangat berpengaruh sangat besar terhadap
proses belajar mengajar dan berdampak penting pada hasil belajar murid. Saya
juga merasa tertantang untuk bisa mengimplementasikan apa yang saya pelajari
kedalam aksi nyata di kelas maupun lingkungan sekolah. Selain itu saya juga
ingin berbagi pengalaman melalui komunitas sekolah yang sudah saya bentuk dan
dengan orang lain agar lebih bermanfaat.
FINDINGS (PEMBELAJARAN)
3. Apa hal yang bermanfaat dari proses tersebut ?
Setelah mempelajari lebih mendalam tentang
pembelajaran sosial dan emosional ada banyak pembelajaran yang saya dapatkan.
Hal yang bermanfaat bagi murid yaitu mereka dapat mengenali dan mengetahui
sosial dan emosional murid sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung karena
hal tersebut sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar murid.
Hal bermanfaat pada proses pembelajaran sosial dan
emosional bagi guru yaitu guru dapat mengelola dan mengendalikan sosial dan
emosional kita sebelum dan setelah kegiatan belajar mengajar. Selain itu guru
dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan sosial dan emosional di
sekolah.
4. Apa umpan balik yang anda dapatkan ?
Umpan balik yang saya dapatkan dengan adanya
PSE ini murid merasa senang karena bisa menjadi lebih terbuka dalam
mengekspresikan perasaannya dan orang-orang di sekitarnya. Mereka juga bisa
belajar menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya. Umpan balik yang saya
dapatkan dari PSE ini yaitu melalui teknik STOP saya menjadi lebih tenang dan
fokus dalam menghadapi sebuah permasalahan serta mencari solusinya. Kemudian
saya juga merasa mulai dapat memanagemen diri dan waktu dengan lebih efektif
dan efisien dalam proses pembelajaran.
FUTURE (PENERAPAN)
5. Apa umpan
balik yang anda dapatkan ?
Setelah mempelajari modul 2.2 ini diharapkan saya
dapat menerapkan apa yang telah saya pelajari dalam memenuhi kebutuhan belajar
murid-murid yang beragam melalu pembelajaran soaial emosional : 1.Memperbaiki
pola pikir/mindset saya tentang pembelajaran sosial dan emosional yang tidak
terlalu penting, ternyata PSE ini sangat penting untuk dilakukan agar tercipta
kesejahteraan psikologis (well being) di sekolah sehingga murid merasa aman,
nyaman dan bahagia dalam belajar. 2.Melakukan sharing dan berbagi terkait
pengalaman baik selama mempelajari modul 2.2 tentang penerapan pembelajaran
sosial dan emosional di dalam kelas kemudian berusaha untuk mengimbaskan kepada
rekan sejawat, komunitas praktisi dan sekolah lain.
Kamis, 25 Mei 2023
Jurnal Refleksi Modul 2.3 Pembelajaran Sosial dan Emosional
Oleh. Hery Teguh Wiyono
CGP Angkatan 7
Kabupaten Ngawi
Setelah Pembelajaran Modul 2.3.
ini Saya akhirnya dapat memahami bahwa ...
Kegiatan coaching
ini yaitu kegiatan yang menstimulasi pemikiran coachee dan memberdayakan
potensi coachee, di mana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja,
pengalaman hidup, pemeblajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari coachee.
Proses coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar dari pada
mengajarinya. Kompetensi inti coaching yang perlu diperhatikan dalam melakukan
proses coaching yaitu kehadiran penuh, mendengarkan aktif, mengajukan
pertanyaan berbobot. Percakapan coaching juga harus diterapkan sesuai dengan
alur TIRTA yaitu adanya tujuan, identifikasi, rencana aksi, tanggung jawab.
Serta ketika melakukan supervisi akademik
tahapan yang harus dilakukan yaitu pra observasi, observasi, dan pasca
observasi.
Setelah pembelajaran modul
2.3. ini saya akhirnya mampu ...
Mempraktekkan proses coaching berdasarkan
kompetensi inti coaching serta prinsi-prinsip coaching yang saya lakukan
bersama rekan sejawat dalam menyelesaikan permasalahan terkait proses
pembelajaran sehingga proses coaching yang saya lakukan mendapatkan solusi dari
permasalahan yang dihadapi coachee.
Perasaan saya setelah
melakukan pembelajaran modul ini adalah ...
Perasaan saya diawal mempelajarai modul 2.3.
ini, saya merasa bingung dan tidak tahu bagaimana menjadi coach yang bisa
membantu coachee dalam menemukan solusi dari permasalahannya tetapi ketika saya
sudah mempelajari modul ini, sudah banyak tugas yang saya kerjakan akhirnya
pikiran saya terbuka lagi mengenai proses coaching ini. Saya sangat senang
mendapatkan ilmu baru serta saya bersemangat menerapkan coaching ini kepada
murid dan teman sejawat karena proses coaching ini membantu coachee untuk belajar
bukan mengajarinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi serta
melalui proses coaching ini dapat menggali potensi dari coachee.
Setelah melakukan
pembelajaran pada modul 2.3. ini, target berikutnya adalah ...
Target saya berikutnya adalah ingin
mengimplementasikan proses coaching kepada seluruh rekan sejawat agar rekan
sejawat, agar rekan sejawat saya dapat menerapkan proses coaching kepada
murid-muridnya. Melalui proses coaching dapat menggali potensi setiap individu
dan membantu mengarahkan untuk menemukan sendiri solusi dari setiap
permasalahannya.
Dokumentasi Latihan coaching Bersama rekan CGP
https://youtu.be/c1pFNDpPaTU
Dokumentasi Observasi dala coaching dengan
rekan CGP https://youtu.be/0q2GZqvkTAw
Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2..2 tentang PSE
Oleh. Hery Teguh Wiyono
CGP Angkatan 7
Kabupaten Ngawi
Jurnal refleksi merupakan
salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru
untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam
mengevaluasi sebuah topik secara kritis. Menuliskan jurnal refleksi secara rutin
akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi
apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan
langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung.
Salah satu Jurnal Refleksi yang
akan saya bahas pada postingan kali ini adalah Model 5R (Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Reconstructing).
Apa itu model 5R? Dan bagaimana contoh penggunaan model tersebut dalam jurnal
refleksi mingguan? Untuk mengetahui semua itu mari kita akan bahas satu
persatu.
Model refleksi 5M diadaptasi
dari model 5R. 5M terdiri dari langkah-langkah berikut:
1.
Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang
terjadi
2.
Merespon (Responding): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam
menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini,
pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung.
3.
Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan
pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki.
4.
Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa
peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain,
misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis
tersebut.
5.
Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika
menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.
Berikut saya akan bagikan contoh
penggunaan model 5R (Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Reconstructing) dalam
penggunaan jurnal refleksi mingguan yang telah saya buat.
A.
Reporting
Mulai tanggal 25 Februari 2023
Modul 2.2 yang berkenaan dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional dimulai untuk
dipelajari melalui Learning Managemen System (LMS) mulai dari kegiatan
Pendahuluan dimana isinya terkait tahapan yang akan ditempuh selama mempelajari
modul 2.2 ini yang memalui alur MERDEKA yaitu Mulai dari diri sensiri,
Elaborasi Konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Koneksi antar
materi dan Aksi nyata.
Mulai diri (25 Februari s.d 1 Maret
2023)
Berkenaan dengan : Merefleksikan
pengalaman diri dalam menghadapi sebuah krisis pribadi dan pengaruh krisis
tersebut bagi dirinya sebagai pendidik dan Merefleksikan pengalaman seorang
murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan, dan kemampuan membangun
hubungan yang positif dengan orang lain dan pengaruhnya terhadap
pembelajarannya.
Eksplorasi Konsep (Selasa, 28 Februari 2023)
Menganalisis konsep 5 KSE (kesadaran diri, pengelolaan diri,
kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab) yang berbasis kesadaran penuh dalam 5 contoh kasus.
Ruang Kolaborasi (Rabu, 1 Maret 2023)
Mendiskusikan dan menyusun inisiatif program penguatan kompetensi sosial dan
emosional bagi murid dan rekan sejawat di sekolah.
Demonstrasi Kontekstual (Rabu, 8 Maret 2023)
Mendemonstrasikan pemahaman tentang implementasi pembelajaran Kompetensi Sosial
dan Emosional dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Elaborasi Pemahaman (Senin, 6 Maret 2023)
Setelah memahami konsep kunci dan implementasi pembelajaran sosial
emosional berbasis kesadaran penuh melalui pembelajaran mandiri dan
gotong royong, CGP akan mengelaborasikan pemahaman tersebut lebih lanjut
melalui tanya-jawab dan diskusi.
Koneksi Antarmateri
CGP mengambil makna dari pengalaman yang berkaitan dengan pembelajaran 5 (lima)
kompetensi sosial dan emosional, membuat kesimpulan tentang perubahan
pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak
pada murid setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional dan membuat
koneksi materi pembelajaran sosial dan emosional dengan modul-modul sebelumnya.
Aksi Nyata
Membagikan pemahaman tentang implementasi pembelajaran sosial emosional melalui
4 indikator yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru
dan serta kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan sekolah, dan penguatan
kompetensi sosial dan emosional rekan sejawat di sekolah kepada rekan sejawat
atau komunitas, dan merefleksikannya.
B. Responding
Pada kegiatan forum komunikasi dengan fasilitator
sebagai bahan persiapan diskusi ruang eksplorasi konsep saya mengajukan
pertanyaan : Tahapan apa saja yang perlu dilakukan kita selaku guru
dalam melakukan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) agar pembelajaran
tersebut berhasil dan berdaya guna?
Pada kegiatan aktivitas eksplorasi konsep kami berdiskusi secara sinkronus
terkait materi Pembelajaran Sosial dan Emosional terutama Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang mencerminkan PSE. Selanjutnya peserta mendiskusikannya
di Brek of Room (BOR) masing-masing dimana hasilnya dipresentasikan pada Ruang
Kolaborasi pada tanggal 1 Maret 2023 mulai pukul 15:40 – 17:45 ada kegiatan
tersebut kami mempresentasikan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) jenjang SMP
dan tampil pada urutan ke-2. Dalam diskusi tersebut peserta menanyakan terkait
durasi waktu PSE dalam rancangan pembelajaran yang kami sampaikan dan kelompok
kami meresponnya bahwa waktu tersebut bisa tersurat dalam RPP bisa juga
tersirat dalam kegiatan.
C. Relating
Dari pembelajaran mandiri pada modul, diskusi dengan rekan CGP, Bapak Pengajar Praktik, Ibu Fasilitator serta Bapak Instruktur, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa PSE dapat mengurangi stress dan tekanan yang dialami dalam proses belajar sehingga membantu peserta didik menjadi individu yang memiliki sikap positif baik terhadap diri maupun terhadap orang lain dalam berkehidupan sosial.
Dengan mempelajari materi terkait Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) permasalahan yang terjadi baik pada diri sendiri, rekan kerja serta peserta didik untuk penanganannya diperlukan pengetahuan, pemahaman mendalam serta pendekatan yang tepat terutama bagi peserta didik dalam pembelajaran dimana kita selaku guru yang berperan sebagai among dalam pembelajaran siswa tersebut diperlukan pengimplementasian PSE ini dalam kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sehingga peserta didik menjadi aman, nyaman dan menyenangkan selama pembelajaran tersebut.
D. Reasoning
Setelah dianalisa ternyata selama ini Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) sebetulnya sudah dilaksanakan baik secara pribadi juga oleh rekan guru lainnya hanya saja keilmuannya belum tersampaikan untuk itu diperlukan adanya sosialisasi secara berkelanjutan terkait pembelajaran diferensial dan PSE ini, selain sosialisai diperlukan juga dukungan penuh dari pihak sekolah terutama stake holder dalam mewujudkan PSE dan pembelajaran berdiferensiasi sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai peserta didik dapat tercapai dengan optimal, yang terjadi selama ini kadang hasil pengamatan peserta didik terkait type dan minat belajar, serta profil belajar siswa merupakan hasil pengamatan masing-masing guru bukan hasil penelitian secara umum dari pihak sekolah dan berdampak pada subjek yang sama hasilnya berbeda-beda, untuk itu diperlukan adanya pemyamaan format dan hasil yang diperoleh.
E. Reconstructing
Pembelajaran diferensial dan sosial emosional bagi warga sekolah terutama bagi peserta didik sangat diperlukan guna mengurangi tingkat stress di dalam pembelajaran.
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan dukungan moril dan materil, sosialisasi dan penyamaan data sehingga dengan adanya penyamaan sumber data akan memudahkan pemetaan, dan penanganan baik guru, tenaga kependidikan terutama kegiatan pembelajaran siswa. Diharapkan dengan dukungan dan pengetahuan yang dimiliki terkait pembelajaran berdiferensiasi dan Sosial Emosional akan berdampak pencapaian tujuan pembelajaran siswa dapat diraih dengan maksimal.
Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi
Oleh. Hery Teguh Wiyono
CGP Angkatan 7
Kabupaten Ngawi
Selamat berjumpa dalam Jurnal Refleki Dwi mingguan Modul
2.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi. Pada kesempatan kali ini , saya
menggunakan model 4F dalam membuat Jurnal Refleksi Dwi mingguan :
1. Fact ( Peristiwa)
2. Feelin(Perasaan)
3. Finding(Pembelajaran)
4. Future( Penerapan)
Tentang semua hal yang telah
dipelajari dalam modul ini. Saya akan mencoba merefleksikan kembali materi
dalam modul 2.1 dan merefleksikan hasil dari kegiatan
yang ada di LMS. Jurnal
refleksi ini saya tulis sebagai media untuk mengungkapkan perasaan saya, gagasan
dan praktik baik yang sudah saya lakukan. Tak terasa sudah masuk minggu ke 9,
saya akan mencoba merfekleksikan pembelajaran dan
aktivitasnya yang telah saya
lakukan dan lewati setiap langkahnya di Learning Mangement System(LMS). Dalam
minggu ini ada beberapa aktivitas pembelajaran yang harus saya kerjakan.
Pertama diawali dengan Test Awal Paket Modul 2. 1 kemudian dilanjutkan dengan
aktivitas pembelajaran
2.1.a.3 yaitu Mulai dari
Diri
2.1.a. 4 yaitu Eksplorasi
Konsep
2.1 a. 5.1 yaitu tentang
Ruang Kolaborasi 1
2.1.a 5.2 yaitu tentang
Ruang Kolaborasi 2 Google meet
2.1.a.6 yaitu Refleksi
Terbimbing
Modul 2.1.a.7 yaitu tentang
Demonstari Kontekstual
1. Facts( Peristiwa)
Aktivitas pertama yaitu
dengan melakukan Test Awal Modul 2. Setiap memulai modul saya melaksanakan tes awal paket modul 2
dilanjutkan dengan pembelajaran di LMS dimulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang
kolborasi 1 dan 2. Yang pertama adalah diskusi bersama kelompok keesokan harinya
dilanjutkan dengn Ruang kolaborasi 2 kami harus mempresentasikan hasil diskusi
kelompok tentang kasus dalam skenario yang diberikan. Kami mempresentasikan
materi Pembelajaran Berdiferensiasi jenjang skenario SMP. Banyak sekali manfaat
dari diskusi ini menjadi saya menambah wawasan, ilmu dan pengalaman. Saya jadi
mengetahui bagaimana mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi ke dalam sebuah RPP
sesuai mata pelajaran yang kita ampu, sehingga dapat mengakomodir kebutuhan
belajar peserta didik.
Berikutnya, saya melakukan
Refleksi terbimbing. Kami diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan pemantik
yang makin memperkuat kami meningkatkan pemahaman terkait pembelajaran berdiferensiasi.
Di aktivitas ini tidak ada hambatan yang dirasakan karena di sesi ini bagaimana
CGP menggali lebih dalam konsep pembelajaran berdiferensiasi. Aktivitas
berikutnya yaitu demonstrasi kontekstual. Di aktivitas ini kami diminta membuat
Rencana pembelajaran berdiferensiasi dan mengevaluasi efektivitas RPP yang dibuat oleh sesama rekan
CGP. Disini, saya membuat RPP berdiferensiasi dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik ditinjau
dari Profil Belajarnya.
Perjalanan mempelajari modul
2.1 ini merupakan serangkaian kelanjutan dari ,odul sebelumnya. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya kegiatan ini diawali dengan Pre Test tanggal 8
Februari 2023. Kegiatan ini menggunakan alur MERDEKA yaitu, Mulai dari diri
sendiri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual,
Elabborasi pemahaman, Koneksi Antar materi dan Aksi nyata.
Kegiatan pertama setelah pre
test adalah Mulai dari diri yang merupakan langkah awal untuk mempersiapkan
diri menerima ilmu pengetahuan baru pada modul 2.1, kemudian dilanjutkan dengan
kegiatan Eksplorasi Konsep tentang pemikiran kita seperti apa terhadap modul
2.1 yang kita pelajari,saya berdiskusi dengan CGP lainnya dalam Ruang
Kolaborasi untuk menemukan kesamaan persepsi serta saling memberikan masukan
yang konstruktif dalam menyusun pembelajaran berdiferensiasi. Saya bersama
teman di kelompok berdiskusi tentang skenario jenjang SMP dan kami buat dalam
power point.
Keesokan harinya saya dan
tim dalam kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan mendapatkan
umpan balik baik dari teman di kelompok lain maupun dari Fasilitator. Dari
hasil umpan balik kami rapikan kembali hasil diskusi dalam power point kami. Setelah
rapi kami upload di LMS masing masing sebelum tenggat waktu. Setelah itu kami
mengikuti Elaborasi Pemahaman dari narasumber hebat, mendapatkan ilmu dan
pemantapan materi tentang Pembelajaran Berdiferensiasi.
Serelah elaborasi pemahaman
kami memnuat Demonstrasi Kontekstual dalam materi pembelajaran berdiferensiasi berupa RPP mapel yang
berdiferensiasi. Setelah demonstrasi kontekstual kami akan mengaitkan materi dalam
setiap bagian modul dengan Koneksi Antar Materi. Setelah koneksi Antar materi (KAM)
maka akan kami lanjutkan dengan membuat Aksi Nyata Modul 2.1.
2. Feelings (Perasaan)
Pada modul 2.1 tentang
pembelajaran berdiferensiasi membuat saya merasa sangat senang namun penasaran
karena harus memperhatikan semua kebutuhan murid yang tentu satu sama lain
berbeda kebutuhan. Selama ini saya hanya berfokus pada ketercapaian materi
kurikulum, sehingga harus harus
mengejar ketuntasan belajar. dampak yang ada adalah belum semua murid dapat
belajar sesuai dengan kebutuhannya dan ada sedikit pengabaian tentang ternyata banyak
keberagaman kebutuhan belajar murid dalam satu kelas. Hal ini tentunya harus
kita kaitkan dengan nilai-nilai Filososfi pendidkan menurut KH Dewantara bahwa
belajar adalah menuntun murid untuk mencapai tujuan belajar dan dalam mencapai
tujuan belajar tersebut diharapkan guru dapat menuntun murid dengan berbagai
macama cara
atau metode yang sesuai
dengan kebutuhan murid. Saya sangat senang dan lebih memahami menjadi tahu dalam menyusun RPP dengan
pembelajaran berdiferensiasi., saya
sangat bahagia bisa menyusun langkah-langkah pembelajran untuk menyelaraskan dengan karakteristik
murid. Saya sangat senang karena banyak hal yang saya dapatkan dari pelatihan
ini dan siap saya terapkan di kelas serta berbagi dengan reksn sejawat dan
disekolah ataupun lingkup yang lebih luas lagi.
3. Findings (Pembelajaran)
Pembelajaran berdiferensiasi
itu dibuat agar para guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mampu untuk
mengakomodir semua kebutuhan belajar murid. Guru harus mampu untuk memiliki
kepekaan dalam merespon
semua kebutuhan murid. Tentu dalam mememnuhi kebutuhan murid ada beberapa hal
yang harus diperhatikan
seperti :
1. Kesiapan belajar
(Readiness)
2. Minat belajar
3. Profil belajar murid.
Kemudian dalam pembelajaran
berdiferensiasi kita juga harus memperhatikan beberapa strategi antara lain:
1. Diferensiasi proses
2. Diferensiasi konten
3. Diferensiasi produk
Dalam proses penilaian, guru
menggunakan penilaian berjenjang, dengan harapannya semua murid memperoleh
kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran, sehingga murid akan
mendapatkan lingkungan yang aman dan nyaman dalam proses pembelajaran. Kali ini
saya mendapatkan pelajaran tentang bagaimana kita menyiapkan pembelajaran
dengan model berdiferensiasi. Dan tentu saja ini sangat bermanfaat agar semua
kebutuhan murid minimal dapat kita akomodir.
4. Future ( Penerapan)
Dalam modul
ini, saya belajar untuk lebih memperhatikan kompetensi saya dalam memilih
aktivitas belajar yang sesuai dengan gaya belajar murid. Hal ini tentu untuk
menghindari dari pengalaman belajar yang kurang tepat, kurang berpihak pada
murid dan kuang menyenankan. Saya mencoba menerapkan di kelas dan imbaskan
kepada rekan sejawat di sekolah bahkan di lingkup yang lebih luas sehingga
harapan saya semua guru dapat mengetahui seperti apa itu penvelajaran
berdiferensiasi dan bagaimanakah penerapannya di
kelas dalam pembelajaran.
Penerapan
modul ini saya buat dalam PTK materi InteraksiMakhluk hidup dengan Lingkungan
di kelas VIIC SMPN 2 Karanganyar.
Agar
pembelajaran berdiferensiasi dapat terlaksana dengan baik dan efektif, maka
perlu dilakukan pemetaan kebutuhan belajar murid yaitu berdasarkan kesiapan
murid, minat murid dan profil belajar murid. Penilaian ini dilakukan yaitu
dengan asesemen diagnostik non kogitif. Data pemetaan ini dapat diperoleh dari
data tahun lalu atau pada semester sebelumnya. Bisa melalui angket, soal pilhan
ganda, wawancara, pengamatan dan lainnya sessama rekan guru dan wali murid.
Bagi saya ini merupakan materi yang sangat baik agar dapat kami terapkan
di sekolah, berbagi dengan rekan guru ataupun dengan murid baik disekolah
maupun di luar sekolah. Dalam proses ini tentu saja saya akan belajar dan terus
belajar. Semoga saya dapat terus berkontribusi dalam memajukan dunia pendidikan
ke arah lebih maju lagi sehingga kita dapat mempersiapkan murid menjadi
pemimpin.