Materi Ruang Kolaborasi Modul 1.3 sila klik di :
https://drive.google.com/file/d/1IagMoS3EWkexeukHayfN7UL11D3OvMNs/view?usp=share_link
Tujuan Pembelajaran Khusus: Peserta mendesain strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD - 'Pendidikan yang Berpihak pada Murid' - sesuai dengan Konteks Diri Murid dan Sosial Budaya di daerah asal (karya demonstrasi kontekstual dalam video, atau infografis atau puisi atau lagu, dll).
Untuk melihat demosntrasi kontekstual modul 1.1, sila KLIK DISINI
Tujuan Pembelajaran Khusus: Peserta mampu menemukenali nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat.
Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)
Ruang Kolaborasi memberikan ruang perjumpaan bagi Anda untuk bekerja sama dalam mendiskusikan pemikiran KHD yang dapat diimplementasikan pada konteks lokal sosial budaya daerah asal Anda. Hasil diskusi dituangkan dalam bentuk bahan presentasi (Ms. Powerpoint, peta konsep, infografis, dan lain sebagainya).
Untuk melihat materi sila KLIK DISINI
Oleh:
Hery Teguh Wiyono_SMPN 2 Karanganyar
Tidak terasa Modul 2 terlampaui setelah membahas sub tema modul 2.1
tentang pembelajaran berdiferensiasi dan moduk 2.2 tentang KSE. Dimana dika
kita lihat ada koherensi antara kedua sub tema tersebut dengan materi di modul
2.3 yaitu “Coaching untuk Supervisi Akademik”.
Pada bagian ini saya cebagai Guru Penggerak akan menghubungkan ketiga
hal tersebut dalam “KAM (Koneksi Antar Materi)” modul 2. Adapun tujuan dari KAM
ini adalah GP menyimpulkan dan menjelaskan
keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman
yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media.
Pertanyaan-pertanyaan
yang terkait dalam KAM ini adalah:
o
Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di
sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu
pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?
o
Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan
pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran?
A. Point
pada Modul 2.3:
Coaching merupakan proses kolaborasi yang fokus pada
solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi
peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan
pertumbuhan pribadi dari sang coachee. Coaching merupakan salah satu metode
yang efektif untuk diterapkan dalam bidang pendidikan yang prosesnya berpusat
pada siswa. Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun
segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan
sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Sesuai dengan filosofi Khijar
Dewantara yang menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau
hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya.
Coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk
memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk
belajar daripada mengajarinya.
Elemen-elemen penting dari coaching yang
dapat diambil dari beberapa definisi coaching yang telah
disajikan : a) Coaching merupakan sarana pemberdayaan potensi tujuan mengantar
kan si caching dari kondisi yang di alami sekarang kekondisi baru yang lebih
baik . b) Coaching adalah bentuk kemitraan antara coac dengan klien atau
coacheenya dijalankan melalu proses kreatif ditandai dengan eksplorasi, menanam
ide ditujukan untuk memaksimal kan potensi personal dan professional si klien.
c) proses coaching itu, mendengarkan secara aktif mengajukan pertanyaan
berbobot memancing ide ide dan juga terutaman memfasilitasikan pertumbuhan dari
si coachee tersebut) coaching membantu sesorang belajar bukan mengajarinya.
Paradigma adalah: 1) fokus pada coachee atau
rekan sejawat yang akan kita kembangkan dengan memusatkan perhatian kita pada
rekan yang kita kembangkan, bukan pada "situasi" yang dibawanya dalam
percakapan. Fokus diletakkan pada topik apa pun yang dibawa oleh rekan
tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan mereka. 2)
bersifat terbuka dan ingin tahu terhadap pemikiran-pemikiran rekan sejawat yang
kita kembangkan. Ciri-ciri dari sikap terbuka dan ingin tahu ini adalah:
a)berusaha untuk tidak menghakimi, melabel, berasumsi, atau menganalisis
pemikiran orang lain; b)mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang, dan
tidak menjadi emosional; c) tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity)
yang besar terhadap apa yang membuat orang lain memiliki pemikiran tertentu.
Agar kita dapat bersikap terbuka, kita perlu selalu berpikir netral terhadap
apa pun yang dikatakan atau dilakukan rekan kita. 3) memiliki kesadaran diri
yang kuat yang dapat membantu kita untuk bisa menangkap adanya perubahan yang
terjadi selama pembicaraan dengan rekan sejawat. Kita perlu mampu menangkap
adanya emosi/energi yang timbul dan mempengaruhi percakapan, baik dari dalam
diri sendiri maupun dari rekan kita. 4) melihat peluang baru dan masa depan. Coaching mendorong
seseorang untuk fokus pada masa depan, karena apapun situasinya saat ini, yang
masih bisa diubah adalah masa depan. Coaching juga mendorong
seseorang untuk fokus pada solusi, bukan pada masalah, karena pada saat kita
berfokus pada solusi, kita menjadi lebih bersemangat dibandingkan jika kita
berfokus pada masalah.
Dalam proses coaching ini ada
satu model yang biasa digunakan oleh seorang coach yaitu model TIRTA yang
meliputi langkah-langkah: 1) Tujuan utama pertemuan/pembicaraan; 2)
Identifikasi masalah coachee; 3) Rencana aksi coachee; dan 4) Tanggung
jawab/komitmen.
Setelah saya belajar materi coaching ini,saya
sudah mencoba melakukan praktek sebagai coach, saya merasa tertantang bagaimana
bisa menggali pengalaman dalam mengatasi masalah dan membuat pertanyaan
berbobot yang dapat membangkitkan pengetahuan coachee saya tanpa berusaha
memberikan arahan. Saya juga belajar menahan diri untuk tidak menjudgment,
mengasumsikan serta mengasosiasikan ketika coachee berpendapat. Untuk
permasalahan ini saya bertanya pada diri saya sendiri,apa yang bisa saya
lakukan agar emosi saya tetap terkontrol?. Menurut saya disini lah keterampilan
sosial emosional yang saya dapat di modul 2.2 diuji pemahamannya. Saya harus
mampu mengolah emosi saya, keterampilan kesadaran diri, pengelolaan diri dan
keterampilan berelasi perlu diterapkan ketika saya menjadi coach di kelas saya.
B.
Keterkaitan dengan Materi
sebelumnya:
Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berfokus
pada kebutuhan peserta didik dan sejalan dengan prinsip pembelajaran yang
berpihak kepada peserta didik. Dengan memperhatikan konten, proses, produk,
pendidik dapat menyesuaikan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses
pembelajaran agar dapat ke semua tahapan proses tersebut, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan belajar murid-murid dan membantu kesuksesan belajar mereka.
Selain itu, proses pembelajaran berdiferensiasi juga mensyaratkan adanya
praktik-praktik penilaian yang baik.
Selain mendesain pengalaman belajar
dan lingkungan belajar yang dapat merespon kebutuhan belajar murid agar murid
dapat mencapai tujuan pembelajaran melalui pembelajaran berdiferensiasi.
Sebagai pendidik tentu harus berupaya menciptakan pengalaman dan lingkungan
belajar yang memperhatikan kebutuhan sosial dan emosional peserta didik.
Pembelajaran sosial dan emosional (PSE) ini semakin
mendesak untuk kita terapkan dan praktikkan karena pentingnya perkembangan
murid secara holistik, bukan hanya intelektual tetapi juga fisik, emosional,
sosial, dan karakter. Sebagai pendidik yang mendampingi peserta didik di
sekolah sepanjang hari, maka sudah sepatutnya pendidik memikirkan bagaimana
menuntun peserta didik untuk mencapai kodratnya, bagaimana membimbing peserta
didik agar dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam
dirinya dengan setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat, sehingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaannya. Di sinilah
letak urgensi PSE untuk mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik.
Pembelajaran sosial dan emosional merupakan
pembelajaran yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk
menumbuhkan dan melatih lima kompetensi sosial dan emosional (KSE), yaitu
kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Sebagai seorang pendidik tentu harus mampu membawa
komunikasi yang empati dan memberdayakan diri sebagai pemimpin pembelajaran
dalam membuat perubahan strategi yang mampu menggerakkan komunitas sekolah pada
ekosistem belajar. perubahan strategi yang sejalan dengan semangat merdeka belajar
untuk meningkatkan kualitas kurikulum yang bermakna dan kualitas sumberdaya
pendidik dan tenaga kependidikan dalam mewujudkan pendidikan yang berpihak pada
murid di sekolah.
Rangkaian supervisi akademik ini digunakan
kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri pendidik.
Pemimpin sekolah dapat mendorong warga sekolahnya untuk selalu mengembangkan
kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakkan
pada murid adalah pemimpin sekolah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan
pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang
sesuai dengan kebutuhan tersebut.
Coaching pengembangan diri bertujuan untuk mengevaluasi perubahan-perubahan kehidupan, sekaligus menilai kekuatan dan kelemahan seseorang untuk meningkatkan bidang-bidang tertentu dalam kehidupannya. Seperti seorang atlet yang akan meminta bantuan coach dalam melatih dan mendukung dirinya untuk mencapai target di bidang olahraga. Seorang Coach pengembangan diri juga akan mendukung, mendorong dan mengajari seseorang teknik-teknik khusus untuk membuat seseorang merasa nyaman dan percaya diri dalam perubahan yang ingin dilakukan dalam hidupnya.
Coach bertujuan untuk membantu seseorang mengenali posisinya
saat ini dalam mencapai target dan bagaimana ia bisa sampai di sana, serta
mengidentifikasi potensi yang sudah ada dalam dirinya. Hal ini dapat dicapai melalui
serangkaian pertanyaan yang dirancang untuk membantu seseorang mengenali,
menerima, dan membangun kekuatan dan kelemahan dirinya.
Seorang professional
coach tidak memberikan saran secara langsung dan tidak akan memberi tahu
apa yang harus dilakukan; tetapi dengan strategi seorang yang ahli, mereka akan
menawarkan panduan dan dukungan melalui rencana pengembangan diri yang
disesuaikan, agar seseorang dapat menetapkan tujuan yang realistis dan terus
bekerja pada perjalanan hidupnya di luar sesi coach.
Selain coaching,
ada beberapa metode pengembangan diri yang lain yang bisa jadi sudah kita
praktikan selama ini di sekolah yaitu mentoring, konseling,
fasilitasi dan training. Agar lebih memahami konsep coaching secara
lebih mendalam, ada baiknya kita juga menyelami perbedaan peran coaching dengan
metode-metode pengembangan diri tersebut. Untuk mengetahui perbedaan peran
tersebut, mari kita simak terlebih dahulu definisi dari masing-masing metode
pengembangan diri tersebut:
1.
Definisi mentoring
Stone
(2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana
seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong
menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan
dan mencegah bahaya. Sedangkan Zachary (2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan
pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan
yang bijak dan membantu mentee untuk membuat perubahan.
2.
Definisi konseling
Gibson
dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara
konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian
diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers
(1942) dalam Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan
rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang
tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.
3.
Definisi Fasilitasi
Shwarz
(1994) mendefinisikan fasilitasi sebagai sebuah proses dimana seseorang yang
dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok, secara substantif berdiri netral,
dan tidak punya otoritas mengambil kebijakan, melakukan intervensi untuk
membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai
masalah, serta membuat keputusan, agar bisa meningkatkan efektivitas kelompok
itu.
4.
Definisi Training
Training menurut Noe,
Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003) merupakan suatu usaha yang terencana
untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan
pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.
SUMBER:
https://www.loop-indonesia.com/coaching-untuk-pengembangan-diri/
https://lms26-gp.simpkb.id/mod/icontent/view.php?id=126716
Oleh Hery Teguh Wiyono
CGP Angkatan 7
SMPN 2 Karanganyar Kabupaten Ngawi
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP mampu mengidentifikasi pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dirinya terkait coaching di konteks pendidikan
Pernah diobservasi
dan sering. Perasaan dulu pertama diobservasi agak deg-degan tapi saya berusaha
bersikap tenang
2. Ceritakan
pengalaman Anda saat observasi dan pasca kegiatan observasi tersebut.!
Pertama diobservasi
agak deg-degan, karena hal tersebut saya mencoba menyiapkan media pendukung
saat diobservasi sehingga dengan media pembelajaran tersebut dapat membantu
pembelajaran di kelas.
Iya, karena dengan supervise kita dapat
menerima masukan atas kekurangan dalam pembelajaran dan meningkatkan ke hal
yang lebih baik
Situasi belum ideal
saat pertama kali diobservasi karena jadwal mendadak jadi agak kurang baik
Situasi ideal ,
berkaca dari pengalaman sebelumnya perlu menyiapkan administrasi dan RPP
termasuk media pembelajaran sehingga supervise serta pembelajaran berjalan
dengan baik
Aspek dari segi administrasi,
missal jurnal mengajar, daftar hadir, prota, prosem dan RPP serta lembar
observasi supervise
Aspek persiapan
diri yang perlu tenang dan konsentrasi
ASpek komunikasi
dengan murid dan supervisor
Setelah Anda menjawab
pertanyaan-pertanyaan reflektif, tuliskan harapan Anda terkait modul ini :
1. Apa saja harapan yang ingin
Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul
ini?
Harapan saya adalah bisa merefleksikan dan memberikan tindak
lanjut setelah mempelajari modul 2.3 , dengan berkomunikasi dengan kepala
Sekolah dan sharing dengan rekan sejawat
2.Apa saja kegiatan,
materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?
Melaksanakan diskusi dalam
coaching, karena dengan proses
coaching guru juga dapat mengembangkan kompetensi diri sebagai pemimpin
pembelajaran. Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan
untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran
mereka di kelas. Supervisi akademik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
guru yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka
peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak
pada anak.Dan dalam proses pelaksanaannya supervise akademik menggunakan
pendekatan coaching.