Jumat, 31 Maret 2023

Ruang Kolaborasi Modul 1.3

 


Materi Ruang Kolaborasi Modul 1.3 sila klik di : 
https://drive.google.com/file/d/1IagMoS3EWkexeukHayfN7UL11D3OvMNs/view?usp=share_link  

DK Modul 1.1 Pemikiran KHD

Tujuan Pembelajaran Khusus: Peserta mendesain strategi dalam mewujudkan pemikiran KHD - 'Pendidikan yang Berpihak pada Murid' - sesuai dengan Konteks Diri Murid dan Sosial Budaya di daerah asal (karya demonstrasi kontekstual dalam video, atau infografis atau puisi atau lagu, dll). 




Untuk melihat demosntrasi kontekstual modul 1.1, sila KLIK DISINI

Kekuatan Sosiokultural Terkait Pemikiran KHD

 

Tujuan Pembelajaran Khusus: Peserta mampu menemukenali nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat.

Bapak dan Ibu Calon Guru Penggerak (CGP)

Ruang Kolaborasi memberikan ruang perjumpaan bagi Anda untuk bekerja sama dalam mendiskusikan pemikiran KHD yang dapat diimplementasikan pada konteks lokal sosial budaya daerah asal Anda. Hasil diskusi dituangkan dalam bentuk bahan presentasi (Ms. Powerpoint, peta konsep, infografis, dan lain sebagainya).

Untuk melihat materi sila KLIK DISINI

Minggu, 19 Maret 2023

COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK_KONEKSI ANTAR MODUL 2.3_htw

 

Oleh:

Hery Teguh Wiyono_SMPN 2 Karanganyar 

 

Tidak terasa Modul 2 terlampaui setelah membahas sub tema modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi dan moduk 2.2 tentang KSE. Dimana dika kita lihat ada koherensi antara kedua sub tema tersebut dengan materi di modul 2.3 yaitu “Coaching untuk Supervisi Akademik”.

Pada bagian ini saya cebagai Guru Penggerak akan menghubungkan ketiga hal tersebut dalam “KAM (Koneksi Antar Materi)” modul 2. Adapun tujuan dari KAM ini adalah GP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media.

Pertanyaan-pertanyaan yang terkait dalam KAM ini adalah:

o   Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?

o   Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin  pembelajaran?

A.    Point pada Modul 2.3:

 Coaching merupakan proses kolaborasi yang fokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari sang coachee. Coaching merupakan salah satu metode yang efektif untuk diterapkan dalam bidang pendidikan yang prosesnya berpusat pada siswa. Keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Sesuai dengan filosofi Khijar Dewantara yang menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya.

Coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.

Elemen-elemen penting dari coaching yang dapat diambil dari beberapa definisi coaching yang telah disajikan : a) Coaching merupakan sarana pemberdayaan potensi tujuan mengantar kan si caching dari kondisi yang di alami sekarang kekondisi baru yang lebih baik . b) Coaching adalah bentuk kemitraan antara coac dengan klien atau coacheenya dijalankan melalu proses kreatif ditandai dengan eksplorasi, menanam ide ditujukan untuk memaksimal kan potensi personal dan professional si klien. c) proses coaching itu, mendengarkan secara aktif mengajukan pertanyaan berbobot memancing ide ide dan juga terutaman memfasilitasikan pertumbuhan dari si coachee tersebut) coaching membantu sesorang belajar bukan mengajarinya.

Paradigma adalah: 1) fokus pada coachee atau rekan sejawat yang akan kita kembangkan dengan memusatkan perhatian kita pada rekan yang kita kembangkan, bukan pada "situasi" yang dibawanya dalam percakapan. Fokus diletakkan pada topik apa pun yang dibawa oleh rekan tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan mereka. 2) bersifat terbuka dan ingin tahu terhadap pemikiran-pemikiran rekan sejawat yang kita kembangkan. Ciri-ciri dari sikap terbuka dan ingin tahu ini adalah: a)berusaha untuk tidak menghakimi, melabel, berasumsi, atau menganalisis pemikiran orang lain; b)mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang, dan tidak menjadi emosional; c) tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity) yang besar terhadap apa yang membuat orang lain memiliki pemikiran tertentu. Agar kita dapat bersikap terbuka, kita perlu selalu berpikir netral terhadap apa pun yang dikatakan atau dilakukan rekan kita. 3) memiliki kesadaran diri yang kuat yang dapat membantu kita untuk bisa menangkap adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan dengan rekan sejawat. Kita perlu mampu menangkap adanya emosi/energi yang timbul dan mempengaruhi percakapan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari rekan kita. 4) melihat peluang baru dan masa depan. Coaching mendorong seseorang untuk fokus pada masa depan, karena apapun situasinya saat ini, yang masih bisa diubah adalah masa depan. Coaching juga mendorong seseorang untuk fokus pada solusi, bukan pada masalah, karena pada saat kita berfokus pada solusi, kita menjadi lebih bersemangat dibandingkan jika kita berfokus pada masalah.

Dalam proses coaching ini ada satu model yang biasa digunakan oleh seorang coach yaitu model TIRTA yang meliputi langkah-langkah: 1) Tujuan utama pertemuan/pembicaraan; 2) Identifikasi masalah coachee; 3) Rencana aksi coachee; dan 4) Tanggung jawab/komitmen.

Setelah saya belajar materi coaching ini,saya sudah mencoba melakukan praktek sebagai coach, saya merasa tertantang bagaimana bisa menggali pengalaman dalam mengatasi masalah dan membuat pertanyaan berbobot yang dapat membangkitkan pengetahuan coachee saya tanpa berusaha memberikan arahan. Saya juga belajar menahan diri untuk tidak menjudgment, mengasumsikan serta mengasosiasikan ketika coachee berpendapat. Untuk permasalahan ini saya bertanya pada diri saya sendiri,apa yang bisa saya lakukan agar emosi saya tetap terkontrol?. Menurut saya disini lah keterampilan sosial emosional yang saya dapat di modul 2.2 diuji pemahamannya. Saya harus mampu mengolah emosi saya, keterampilan kesadaran diri, pengelolaan diri dan keterampilan berelasi perlu diterapkan ketika saya menjadi coach di kelas saya.

 

B.    Keterkaitan dengan Materi sebelumnya:

      Pembelajaran Berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang berfokus pada kebutuhan peserta didik dan sejalan dengan prinsip pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik. Dengan memperhatikan konten, proses, produk, pendidik dapat menyesuaikan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran agar dapat ke semua tahapan proses tersebut, sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar murid-murid dan membantu kesuksesan belajar mereka. Selain itu, proses pembelajaran berdiferensiasi juga mensyaratkan adanya praktik-praktik penilaian yang baik.

       Selain mendesain pengalaman belajar dan lingkungan belajar yang dapat merespon kebutuhan belajar murid agar murid dapat mencapai tujuan pembelajaran melalui pembelajaran berdiferensiasi. Sebagai pendidik tentu harus berupaya menciptakan pengalaman dan lingkungan belajar yang memperhatikan kebutuhan sosial dan emosional peserta didik.

          Pembelajaran sosial dan emosional (PSE) ini semakin mendesak untuk kita terapkan dan praktikkan karena pentingnya perkembangan murid secara holistik, bukan hanya intelektual tetapi juga fisik, emosional, sosial, dan karakter. Sebagai pendidik yang mendampingi peserta didik di sekolah sepanjang hari, maka sudah sepatutnya pendidik memikirkan bagaimana menuntun peserta didik untuk mencapai kodratnya, bagaimana membimbing peserta didik agar dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya dengan setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, sehingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaannya. Di sinilah letak urgensi PSE untuk mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik.

         Pembelajaran sosial dan emosional merupakan pembelajaran yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi murid untuk menumbuhkan dan melatih lima kompetensi sosial dan emosional (KSE), yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

          Sebagai seorang pendidik tentu harus mampu membawa komunikasi yang empati dan memberdayakan diri sebagai pemimpin pembelajaran dalam membuat perubahan strategi yang mampu menggerakkan komunitas sekolah pada ekosistem belajar. perubahan strategi yang sejalan dengan semangat merdeka belajar untuk meningkatkan kualitas kurikulum yang bermakna dan kualitas sumberdaya pendidik dan tenaga kependidikan dalam mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid di sekolah.

    Rangkaian supervisi akademik ini digunakan kepala sekolah untuk mendorong ruang perbaikan dan pengembangan diri pendidik. Pemimpin sekolah dapat mendorong warga sekolahnya untuk selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset, serta keberpihakkan pada murid adalah  pemimpin sekolah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

 

 

 

 

 

Jumat, 10 Maret 2023

Metode Pengembangan Diri

           Coaching pengembangan diri bertujuan untuk mengevaluasi perubahan-perubahan kehidupan, sekaligus menilai kekuatan dan kelemahan seseorang untuk meningkatkan bidang-bidang tertentu dalam kehidupannya.  Seperti seorang atlet yang akan meminta bantuan coach dalam melatih dan mendukung  dirinya untuk mencapai target di bidang olahraga. Seorang Coach pengembangan diri juga akan mendukung, mendorong dan mengajari seseorang teknik-teknik khusus untuk membuat seseorang merasa nyaman dan percaya diri dalam perubahan yang ingin dilakukan dalam hidupnya.  

Coach bertujuan untuk membantu seseorang mengenali posisinya saat ini dalam mencapai target dan bagaimana ia bisa sampai di sana, serta mengidentifikasi potensi yang sudah ada dalam dirinya. Hal ini dapat dicapai melalui serangkaian pertanyaan yang dirancang untuk membantu seseorang mengenali, menerima, dan membangun kekuatan dan kelemahan dirinya.  

Seorang professional coach tidak memberikan saran secara langsung dan tidak akan memberi tahu apa yang harus dilakukan; tetapi dengan strategi seorang yang ahli, mereka akan menawarkan panduan dan dukungan melalui rencana pengembangan diri yang disesuaikan, agar seseorang dapat menetapkan tujuan yang realistis dan terus bekerja pada perjalanan hidupnya di luar sesi coach.  

Selain coaching, ada beberapa metode pengembangan diri yang lain yang bisa jadi sudah kita praktikan selama ini di sekolah yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan training.  Agar lebih memahami konsep coaching secara lebih mendalam, ada baiknya kita juga menyelami perbedaan peran coaching dengan metode-metode pengembangan diri tersebut. Untuk mengetahui perbedaan peran tersebut, mari kita simak terlebih dahulu definisi dari masing-masing metode pengembangan diri tersebut:

1. Definisi mentoring

Stone (2002) mendefinisikan mentoring sebagai suatu proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Sedangkan Zachary (2002) menjelaskan bahwa mentoring memindahkan pengetahuan tentang banyak hal, memfasilitasi perkembangan, mendorong pilihan yang bijak dan membantu mentee untuk membuat perubahan.

2. Definisi konseling

Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara itu, Rogers (1942) dalam Hendrarno, dkk (2003:24), menyatakan bahwa konseling merupakan rangkaian-rangkaian kontak atau hubungan secara langsung dengan individu yang tujuannya memberikan bantuan dalam merubah sikap dan tingkah lakunya.

 

3. Definisi Fasilitasi

Shwarz (1994) mendefinisikan fasilitasi sebagai sebuah proses dimana seseorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok, secara substantif berdiri netral, dan tidak punya otoritas mengambil kebijakan, melakukan intervensi untuk membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah, serta membuat keputusan, agar bisa meningkatkan efektivitas kelompok itu.

4. Definisi Training

Training menurut Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright (2003) merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.

 

 

SUMBER:

https://www.loop-indonesia.com/coaching-untuk-pengembangan-diri/

https://lms26-gp.simpkb.id/mod/icontent/view.php?id=126716

MULAI DARI DIRI MODUL 2.3

 

 

 

Oleh Hery Teguh Wiyono

CGP Angkatan 7

SMPN 2 Karanganyar Kabupaten Ngawi


Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP mampu mengidentifikasi pengetahuan, pengalaman, dan  keterampilan dirinya terkait coaching di konteks pendidikan

  1. Selama menjadi guru, tentunya pembelajaran Anda pernah diobservasi atau disupervisi oleh kepala sekolah Anda. Bagaimana perasaan Anda ketika diobservasi?

Pernah diobservasi dan sering. Perasaan dulu pertama diobservasi agak deg-degan tapi saya berusaha bersikap tenang

2.     Ceritakan pengalaman Anda saat observasi dan pasca kegiatan observasi tersebut.!

Pertama diobservasi agak deg-degan, karena hal tersebut saya mencoba menyiapkan media pendukung saat diobservasi sehingga dengan media pembelajaran tersebut dapat membantu pembelajaran di kelas.

  1. Menurut Anda, bagaimanakah proses supervisi akademik yang ideal yang dapat membantu diri Anda berkembang sebagai seorang pendidik?

 Iya, karena dengan supervise kita dapat menerima masukan atas kekurangan dalam pembelajaran dan meningkatkan ke hal yang lebih baik

  1. Menurut Anda, jika Anda saat ini menjadi seorang kepala sekolah yang perlu melakukan supervisi, dimana posisi Anda sehubungan dengan gambaran ideal di atas dari skala 1 s/d 10? Situasi belum ideal 1 dan situasi ideal 10.

Situasi belum ideal saat pertama kali diobservasi karena jadwal mendadak jadi agak kurang baik

Situasi ideal , berkaca dari pengalaman sebelumnya perlu menyiapkan administrasi dan RPP termasuk media pembelajaran sehingga supervise serta pembelajaran berjalan dengan baik

  1. Aspek apa saja yang Anda butuhkan untuk dapat mencapai situasi ideal itu?

Aspek dari segi administrasi, missal jurnal mengajar, daftar hadir, prota, prosem dan RPP serta lembar observasi supervise

Aspek persiapan diri yang perlu tenang dan konsentrasi

ASpek komunikasi dengan murid dan supervisor

 

Setelah Anda menjawab pertanyaan-pertanyaan reflektif, tuliskan harapan Anda terkait modul ini :

 

1. Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini?

Harapan saya adalah bisa merefleksikan dan memberikan tindak lanjut setelah mempelajari modul 2.3 , dengan berkomunikasi dengan kepala Sekolah dan sharing dengan rekan sejawat

2.Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?

Melaksanakan diskusi dalam coaching, karena dengan proses coaching guru juga dapat mengembangkan kompetensi diri sebagai pemimpin pembelajaran. Supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada anak.Dan dalam proses pelaksanaannya supervise akademik menggunakan pendekatan coaching.