Senin, 05 Juni 2023

Jurnal Refleksi Modul 3.3 Bagian 2

 
Jurnal Refleksi Dwi Mingguan
3.3 Pengelolaan Program Yang Berdampak Positif Pada Murid_Bagian 2
Periode 23 Mei sampai 05 Juni 2023
Oleh:
Hery Teguh Wiyono
SMPN 2 Karanganyar
CGP Kabupaten Ngawi


Assalamualaikum wr.wb

Salam dan Bahagia

 Dalam mengerjakan jurnal refleksi ini  saya menggunakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway, yaitu 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P.

Fact (Peristiwa)


Jurnal Refleksi ini adalah kelanjutan dari jurnal refleksi dwi mingguan modul 3.3 sebelumnya. Minggu ini adalah minggu terakhir saya mempelajari modul 3.3. Kegiatan dilanjutkan dengan memasuki Ruang kolaborasi secara daring  dimana kami dipandu oleh Fasilitator bekerja dalam kelompok yang telah ditentukan. Diruang kolaborasi ini kami dalam satu kelompok berdiskusi dan membuat sebuah program /kegiatan sekolah yang mempromosikan suara, pilihan, kepemilikan murid. Kemudian setiap kelompok akan mempresentasikan pilihan program yang telah dibuat dan kelompok lain memberikan umpan balik serta terakhir diberikan penguatan oleh fasilitator kami yaitu Bapak Mualif.Program kami yaitu kelompok 3 adalah Jumasih Cilung (Jumat Bersih Cinta Lingkungan)

Pembelajaran dilanjutkan dengan membuat Demonstrasi Kontekstual, dimana CGP dapat mengembangkan ide dari ruang kolaborasi menjadi sebuah prakarsa perubahan dalam bentuk rencana program/kegiatan yang memanfaatkan model manajemen perubahan BAGJA. Kami dituntut agar dapat membuat suatu program rencana perubahan terkait dengan program/kegiatan yang ingin diterapkan. Baik berupa kegiatan atau program intrakurikuler, ekstrakurikuler, atau ko-kurikuler. Hal terpenting adalah saat merancang program/kegiatan tersebut  harus menggambarkan bagaimana suara, pilihan, kepemilikan murid akan didorong, serta mengembangkan satu atau lebih karakteristik lingkungan yang akan mendukung tumbuh kembangnya kepemimpinan murid tersebut.

Memasuki sesi Elaborasi Pemahaman Bersama Instruktur   pada tanggal 26 mei 2023 Pk. 12.30 – 14.00  WIB. Ini adalah ruang elaborasi kami yang terakhir dalam Pendidikan Guru Penggerak. Disini kami berdiskusi dan mendapatkan penguatan pemahaman terkait pengelolaan program yang berdampak pada murid. Kemudian dilanjutkan pada Koneksi Antar Materi dan Aksi Nyata

Tanggal 31 Mei kami mengikuti post test yang terdiri dari 20 soal. Detelah itu kami mengikuti lokakarya pada hari Sabtu tanggal 3 Juni 2023 di SDN Margomulyo 1 Ngawi.

 Feeling (Perasaan)

Yang saya rasakan di dua minggu terakhir mengikuti program Pendidikan guru penggerak Ini adalah perasaan bahagia bercampur rasa sedih. Bahagia karena saya dapat menjalankan dan menyelesaikan tugas-tugas yang ada pada LMS, senantiasa diberikan Kesehatan oleh Allah SWT dan mendapatkan ilmu serta wawasan yang sangat luar biasa yang pada akhir nya merubah mindset saya tentang bagaimana menjadi seorang guru yang berpihak pada murid. Sedangkan rasa sedih yang saya rasakan karena minggu ini adalah minggu terakhir dimana saya dan rekan-rekan CGP serta Fasilitator  bertemu di ruang kolabari. Saya akan sangat merindukan momen ini nanti  tentang keseruan berdiskusi, urun pendapat dan yang lainnya semoga di lokakarya nanti kami dapat bertemu lagi dan besar harapan saya di lokakarya ke 7 nanti saya dan rekan-rekan dapat bertemu, bertatap muka didunia nyata dengan Fasilitator Bapak Mualif yang telah membimbing kami selama kami mengikuti Pendidikan Guru Penggerak ini.

FIndings(Pembelajaran)

Modul 3.3 ini menambah pemahaman saya bahwa sebuah program yang dirancang dan dibuat perlu termuat voice/suara, choice/pilihan dan ownership/kepemilikan murid. Tahapan  yang dilakukan dalam membuat program yang berdampak pada murid adalah dengan maping asset/ pemetaan   potensi yang dimiliki oleh sekolah dengan tepat. Maping asset yang tepat akan memudahkan optimalisasi program berjalan dengan lancar tentunya membantu meminimalisir kendala. Optimalisasi asset yang benar tentunya memudahakan dalam mewujudkan visi-dan misi sekolah yang berpihak pada murid

 

Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid adalah salah satu kompetensi atau point penting yang harus dimiliki oleh CGP sebagai pemimpin pembelajaran dalam rangka lebih berkreasi dan berinovasi serta bersinergi untuk mengembangkan asset yang ada di sekolah. Program yang terkelola dengan baik akan berdampak pada merdeka belajar dan tentunya akan melahirkan murid yang berprofil pelajar Pancasila

Future (Penerapan ke depan)

 

Rancana kedepan dengan ilmu  yang sudah didapat dalam Pendidikan Guru Penggerak ini, saya  akan berkolaborasi  dengan rekan sejawat dan mengimplementasikan  di sekolah. Dalam menyusun sebuah program yang dirancang tentunya harus mempromosikan  voice/suara, choice/pilihan dan ownership/kepemilikan murid.

Sekian Jurnal refleksi dwi mingguan modul 3.3 bagian 2 yang saya buat, semoga bermanfaat.

Wa’salmu’alaikum Wr. Wb.

 

 




Minggu, 28 Mei 2023

Refleksi Aksi Nyata Modul 2.2

 


Oleh :
Hery teguh Wiyono
SMPN 2 Karanganyar
CGP Kabupaten Ngawi

 Pelajaran dalam modul 2.2 ini telah selesai maka saya akan menceritakan refleksi seperti biasanya dengan model 4F yang dapat diterjemahkan model 4P yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway yaitu:

1. Facts( Peristiwa)

2. Feelings ( Perasaan)

3. Findings ( Pembelajaran)

4. Future ( Penerapan )

Saya akan tuliskan satu persatu pengalaman dan refleksi saya:

FACT (PERISTIWA)

1.       Apa yang bapak/ibu lihat dalam Proses tersebut ?

Pada bulan Maret 2023 ini saya belajar tentang penerapan pembelajaran sosial dan emosional. Mempelajari pembelajaran sosial emosional dengan alur Merdeka, Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan saya mempelajari dari mulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, demontrasi kontekstual, koneksi antar materi dan yang terakhir aksi nyata. Dalam modul ini kami mengenal dan memahami roda emosi,kompetensi sosial dan emosional, teknik STOP dan masih banyak lagi materi baru yang saya dapatkan. Pembelajaran sosial dan mosional adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan seluruh warga sekolah.

Pembelajaran sosial dan emosional membuat murid dapat merasakan sosial dan emosional yang dirasakannya dan orang lain serta kemampuannya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Tujuan Pembelajaran sosial dan emosional yaitu untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman dan bahagia agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well being) secara optimal.

Mengembangkan 5 kompetensi sosial dan emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab yang dilaksanakan di kelas dan sekolah melalui 4 indikator pengajaran eksplisit, integrasi guru dalam mengajar dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan pembelajaran sosial dan emosional PTK di sekolah.

FEELINGS (PERASAAN)

2.       Apa yang bapak/ibu rasakan sehubungan dengan proses yang anada alami ?

Selama mempelajari dan menerapkan modul 2.2 tentang Pembelajaran sosial dan emosional saya merasa senang dan bersemangat dalam mendapatkan materi ini melalui pendidikan guru Penggerak karena sebelumnya belum mengetahui lebih mendalam terkait penerapan Pembelajaran sosial dan emosional. Melalui modul 2.2 ini saya mengetahui bagaimana pembelajaran sosial dan emosional akan sangat berpengaruh sangat besar terhadap proses belajar mengajar dan berdampak penting pada hasil belajar murid. Saya juga merasa tertantang untuk bisa mengimplementasikan apa yang saya pelajari kedalam aksi nyata di kelas maupun lingkungan sekolah. Selain itu saya juga ingin berbagi pengalaman melalui komunitas sekolah yang sudah saya bentuk dan dengan orang lain agar lebih bermanfaat.

FINDINGS (PEMBELAJARAN)

3.       Apa hal yang bermanfaat dari proses tersebut ?

Setelah mempelajari lebih mendalam tentang pembelajaran sosial dan emosional ada banyak pembelajaran yang saya dapatkan. Hal yang bermanfaat bagi murid yaitu mereka dapat mengenali dan mengetahui sosial dan emosional murid sebelum dan setelah pembelajaran berlangsung karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar murid.

Hal bermanfaat pada proses pembelajaran sosial dan emosional bagi guru yaitu guru dapat mengelola dan mengendalikan sosial dan emosional kita sebelum dan setelah kegiatan belajar mengajar. Selain itu guru dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan sosial dan emosional di sekolah.

4.       Apa umpan balik yang anda dapatkan ?

Umpan balik yang saya dapatkan dengan adanya PSE ini murid merasa senang karena bisa menjadi lebih terbuka dalam mengekspresikan perasaannya dan orang-orang di sekitarnya. Mereka juga bisa belajar menemukan solusi dari masalah yang dihadapinya. Umpan balik yang saya dapatkan dari PSE ini yaitu melalui teknik STOP saya menjadi lebih tenang dan fokus dalam menghadapi sebuah permasalahan serta mencari solusinya. Kemudian saya juga merasa mulai dapat memanagemen diri dan waktu dengan lebih efektif dan efisien dalam proses pembelajaran.

 FUTURE (PENERAPAN)

5. Apa umpan balik yang anda dapatkan ?

Setelah mempelajari modul 2.2 ini diharapkan saya dapat menerapkan apa yang telah saya pelajari dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-murid yang beragam melalu pembelajaran soaial emosional : 1.Memperbaiki pola pikir/mindset saya tentang pembelajaran sosial dan emosional yang tidak terlalu penting, ternyata PSE ini sangat penting untuk dilakukan agar tercipta kesejahteraan psikologis (well being) di sekolah sehingga murid merasa aman, nyaman dan bahagia dalam belajar. 2.Melakukan sharing dan berbagi terkait pengalaman baik selama mempelajari modul 2.2 tentang penerapan pembelajaran sosial dan emosional di dalam kelas kemudian berusaha untuk mengimbaskan kepada rekan sejawat, komunitas praktisi dan sekolah lain.

 

 

 

 

Kamis, 25 Mei 2023

Jurnal Refleksi Modul 2.3 Pembelajaran Sosial dan Emosional

 

Oleh. Hery Teguh Wiyono
CGP Angkatan 7
Kabupaten Ngawi
 

Setelah Pembelajaran Modul 2.3. ini Saya akhirnya dapat memahami bahwa ...

Kegiatan coaching ini yaitu kegiatan yang menstimulasi pemikiran coachee dan memberdayakan potensi coachee, di mana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pemeblajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Proses coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar dari pada mengajarinya. Kompetensi inti coaching yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses coaching yaitu kehadiran penuh, mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan berbobot. Percakapan coaching juga harus diterapkan sesuai dengan alur TIRTA yaitu adanya tujuan, identifikasi, rencana aksi, tanggung jawab. Serta ketika melakukan supervisi akademik tahapan yang harus dilakukan yaitu pra observasi, observasi, dan pasca observasi.

Setelah pembelajaran modul 2.3. ini saya akhirnya mampu ...

Mempraktekkan proses coaching berdasarkan kompetensi inti coaching serta prinsi-prinsip coaching yang saya lakukan bersama rekan sejawat dalam menyelesaikan permasalahan terkait proses pembelajaran sehingga proses coaching yang saya lakukan mendapatkan solusi dari permasalahan yang dihadapi coachee.

Perasaan saya setelah melakukan pembelajaran modul ini adalah ...

Perasaan saya diawal mempelajarai modul 2.3. ini, saya merasa bingung dan tidak tahu bagaimana menjadi coach yang bisa membantu coachee dalam menemukan solusi dari permasalahannya tetapi ketika saya sudah mempelajari modul ini, sudah banyak tugas yang saya kerjakan akhirnya pikiran saya terbuka lagi mengenai proses coaching ini. Saya sangat senang mendapatkan ilmu baru serta saya bersemangat menerapkan coaching ini kepada murid dan teman sejawat karena proses coaching ini membantu coachee untuk belajar bukan mengajarinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi serta melalui proses coaching ini dapat menggali potensi dari coachee.

Setelah melakukan pembelajaran pada modul 2.3. ini, target berikutnya adalah ...

Target saya berikutnya adalah ingin mengimplementasikan proses coaching kepada seluruh rekan sejawat agar rekan sejawat, agar rekan sejawat saya dapat menerapkan proses coaching kepada murid-muridnya. Melalui proses coaching dapat menggali potensi setiap individu dan membantu mengarahkan untuk menemukan sendiri solusi dari setiap permasalahannya.

Dokumentasi Latihan coaching Bersama rekan CGP https://youtu.be/c1pFNDpPaTU

Dokumentasi Observasi dala coaching dengan rekan CGP https://youtu.be/0q2GZqvkTAw

 

 


Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2..2 tentang PSE

 

Oleh. Hery Teguh Wiyono
CGP Angkatan 7
Kabupaten Ngawi

Jurnal refleksi merupakan  salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis. Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung.

Salah satu Jurnal Refleksi yang akan saya bahas pada postingan kali ini adalah Model 5R (Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Reconstructing). Apa itu model 5R? Dan bagaimana contoh penggunaan model tersebut dalam jurnal refleksi mingguan? Untuk mengetahui semua itu mari kita akan bahas satu persatu.

Model refleksi 5M diadaptasi dari model 5R. 5M terdiri dari langkah-langkah berikut: 

1.     Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang terjadi 

2.     Merespon (Responding): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini, pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung. 

3.     Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki. 

4.     Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut. 

5.     Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.

Berikut saya akan bagikan contoh penggunaan model 5R (Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Reconstructing) dalam penggunaan jurnal refleksi mingguan yang telah saya buat. 

 

A.  Reporting

Mulai tanggal 25 Februari 2023 Modul 2.2 yang berkenaan dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional dimulai untuk dipelajari melalui Learning Managemen System (LMS) mulai dari kegiatan Pendahuluan dimana isinya terkait tahapan yang akan ditempuh selama mempelajari modul 2.2 ini yang memalui alur MERDEKA yaitu Mulai dari diri sensiri, Elaborasi Konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Koneksi antar materi dan Aksi nyata. 



Mulai diri (25 Februari s.d 1 Maret 2023) 
Berkenaan dengan : Merefleksikan pengalaman diri dalam menghadapi sebuah krisis pribadi dan pengaruh krisis tersebut bagi dirinya sebagai pendidik dan Merefleksikan pengalaman seorang murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan, dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain dan pengaruhnya terhadap pembelajarannya.

Eksplorasi Konsep (Selasa, 28 Februari 2023)
Menganalisis konsep 5 KSE (kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) yang berbasis kesadaran penuh dalam 5 contoh kasus.
Ruang Kolaborasi (Rabu, 1 Maret 2023)

Mendiskusikan dan menyusun inisiatif program penguatan kompetensi sosial dan emosional bagi  murid dan rekan sejawat di sekolah.
Demonstrasi Kontekstual (Rabu, 8 Maret 2023)
Mendemonstrasikan pemahaman tentang implementasi pembelajaran Kompetensi Sosial dan Emosional dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Elaborasi Pemahaman (Senin, 6 Maret 2023)
Setelah memahami konsep kunci dan implementasi pembelajaran sosial emosional  berbasis kesadaran penuh melalui pembelajaran mandiri dan gotong royong, CGP akan mengelaborasikan pemahaman tersebut lebih lanjut melalui tanya-jawab dan diskusi.
Koneksi Antarmateri
CGP mengambil makna dari pengalaman yang berkaitan dengan pembelajaran 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional, membuat kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional dan membuat koneksi materi pembelajaran sosial dan emosional dengan modul-modul sebelumnya.
Aksi Nyata
Membagikan pemahaman tentang implementasi pembelajaran sosial emosional melalui 4 indikator yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan serta kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional rekan sejawat di sekolah kepada rekan sejawat atau komunitas, dan merefleksikannya.
B.  Responding
Pada kegiatan forum komunikasi dengan fasilitator sebagai bahan persiapan diskusi ruang eksplorasi konsep saya mengajukan pertanyaan : Tahapan apa saja yang perlu dilakukan kita selaku guru dalam melakukan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) agar pembelajaran tersebut berhasil dan berdaya guna?
Pada kegiatan aktivitas eksplorasi konsep kami berdiskusi secara sinkronus terkait materi Pembelajaran Sosial dan Emosional terutama Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencerminkan PSE. Selanjutnya peserta mendiskusikannya di Brek of Room (BOR) masing-masing dimana hasilnya dipresentasikan pada Ruang Kolaborasi pada tanggal 1 Maret 2023 mulai pukul 15:40 – 17:45 ada kegiatan tersebut kami mempresentasikan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) jenjang SMP dan tampil pada urutan ke-2. Dalam diskusi tersebut peserta menanyakan terkait durasi waktu PSE dalam rancangan pembelajaran yang kami sampaikan dan kelompok kami meresponnya bahwa waktu tersebut bisa tersurat dalam RPP bisa juga tersirat dalam kegiatan.



C. Relating
Dari pembelajaran mandiri pada modul, diskusi dengan rekan CGP, Bapak Pengajar Praktik, Ibu Fasilitator  serta Bapak Instruktur, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa  PSE dapat mengurangi stress dan tekanan yang dialami dalam proses belajar sehingga membantu peserta didik menjadi individu yang memiliki sikap positif baik terhadap diri maupun terhadap orang lain dalam berkehidupan sosial. 
Dengan mempelajari materi terkait Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) permasalahan yang terjadi baik pada diri sendiri, rekan kerja serta peserta didik untuk penanganannya diperlukan pengetahuan, pemahaman mendalam serta pendekatan yang tepat terutama bagi peserta didik dalam pembelajaran dimana kita selaku guru yang berperan sebagai among dalam pembelajaran siswa tersebut diperlukan pengimplementasian PSE ini dalam kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sehingga peserta didik menjadi aman, nyaman dan menyenangkan selama pembelajaran tersebut.
D. Reasoning
Setelah dianalisa ternyata selama ini  Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) sebetulnya sudah dilaksanakan baik secara pribadi juga oleh rekan guru lainnya hanya saja keilmuannya belum tersampaikan untuk itu diperlukan adanya sosialisasi secara berkelanjutan terkait pembelajaran diferensial dan PSE ini, selain sosialisai diperlukan juga dukungan penuh dari pihak sekolah terutama stake holder dalam mewujudkan PSE dan pembelajaran berdiferensiasi sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai peserta didik dapat tercapai dengan optimal, yang terjadi selama ini kadang hasil pengamatan peserta didik terkait type dan minat belajar, serta profil belajar siswa merupakan hasil pengamatan masing-masing guru bukan hasil penelitian secara umum dari pihak sekolah dan berdampak pada subjek yang sama hasilnya berbeda-beda, untuk itu diperlukan adanya pemyamaan format dan hasil yang diperoleh.
E. Reconstructing
Pembelajaran diferensial  dan sosial emosional bagi warga sekolah terutama bagi peserta didik sangat diperlukan guna mengurangi tingkat stress di dalam pembelajaran.
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan dukungan moril dan materil, sosialisasi dan penyamaan data sehingga dengan adanya penyamaan sumber data akan memudahkan pemetaan, dan penanganan baik guru, tenaga kependidikan terutama kegiatan pembelajaran siswa. Diharapkan dengan dukungan dan pengetahuan yang dimiliki terkait pembelajaran berdiferensiasi dan Sosial Emosional akan berdampak pencapaian tujuan pembelajaran siswa dapat diraih dengan maksimal.

 


Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi

 

Oleh. Hery Teguh Wiyono
CGP Angkatan 7
Kabupaten Ngawi
 

Selamat berjumpa dalam Jurnal Refleki Dwi mingguan Modul 2.1 tentang Pembelajaran Berdiferensiasi. Pada kesempatan kali ini , saya menggunakan model 4F dalam membuat Jurnal Refleksi Dwi mingguan :

1. Fact ( Peristiwa)

2. Feelin(Perasaan)

3. Finding(Pembelajaran)

4. Future( Penerapan)

Tentang semua hal yang telah dipelajari dalam modul ini. Saya akan mencoba merefleksikan kembali materi dalam modul 2.1 dan merefleksikan hasil dari kegiatan

yang ada di LMS. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media untuk mengungkapkan perasaan saya, gagasan dan praktik baik yang sudah saya lakukan. Tak terasa sudah masuk minggu ke 9, saya akan mencoba merfekleksikan pembelajaran dan

aktivitasnya yang telah saya lakukan dan lewati setiap langkahnya di Learning Mangement System(LMS). Dalam minggu ini ada beberapa aktivitas pembelajaran yang harus saya kerjakan. Pertama diawali dengan Test Awal Paket Modul 2. 1 kemudian dilanjutkan dengan aktivitas pembelajaran

2.1.a.3 yaitu Mulai dari Diri

2.1.a. 4 yaitu Eksplorasi Konsep

2.1 a. 5.1 yaitu tentang Ruang Kolaborasi 1

2.1.a 5.2 yaitu tentang Ruang Kolaborasi 2 Google meet

2.1.a.6 yaitu Refleksi Terbimbing

Modul 2.1.a.7 yaitu tentang Demonstari Kontekstual

1. Facts( Peristiwa)

Aktivitas pertama yaitu dengan melakukan Test Awal Modul 2. Setiap memulai modul saya melaksanakan tes awal paket modul 2 dilanjutkan dengan pembelajaran di LMS dimulai dari diri, eksplorasi konsep, ruang kolborasi 1 dan 2. Yang pertama adalah diskusi bersama kelompok keesokan harinya dilanjutkan dengn Ruang kolaborasi 2 kami harus mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang kasus dalam skenario yang diberikan. Kami mempresentasikan materi Pembelajaran Berdiferensiasi jenjang skenario SMP. Banyak sekali manfaat dari diskusi ini menjadi saya menambah wawasan, ilmu dan pengalaman. Saya jadi mengetahui bagaimana mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi ke dalam sebuah RPP sesuai mata pelajaran yang kita ampu, sehingga dapat mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik.

Berikutnya, saya melakukan Refleksi terbimbing. Kami diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan pemantik yang makin memperkuat kami meningkatkan pemahaman terkait pembelajaran berdiferensiasi. Di aktivitas ini tidak ada hambatan yang dirasakan karena di sesi ini bagaimana CGP menggali lebih dalam konsep pembelajaran berdiferensiasi. Aktivitas berikutnya yaitu demonstrasi kontekstual. Di aktivitas ini kami diminta membuat Rencana pembelajaran berdiferensiasi dan mengevaluasi efektivitas RPP yang dibuat oleh sesama rekan CGP. Disini, saya membuat RPP berdiferensiasi dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik ditinjau dari Profil Belajarnya.

Perjalanan mempelajari modul 2.1 ini merupakan serangkaian kelanjutan dari ,odul sebelumnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya kegiatan ini diawali dengan Pre Test tanggal 8 Februari 2023. Kegiatan ini menggunakan alur MERDEKA yaitu, Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elabborasi pemahaman, Koneksi Antar materi dan Aksi nyata.

Kegiatan pertama setelah pre test adalah Mulai dari diri yang merupakan langkah awal untuk mempersiapkan diri menerima ilmu pengetahuan baru pada modul 2.1, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Eksplorasi Konsep tentang pemikiran kita seperti apa terhadap modul 2.1 yang kita pelajari,saya berdiskusi dengan CGP lainnya dalam Ruang Kolaborasi untuk menemukan kesamaan persepsi serta saling memberikan masukan yang konstruktif dalam menyusun pembelajaran berdiferensiasi. Saya bersama teman di kelompok berdiskusi tentang skenario jenjang SMP dan kami buat dalam power point.

Keesokan harinya saya dan tim dalam kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan mendapatkan umpan balik baik dari teman di kelompok lain maupun dari Fasilitator. Dari hasil umpan balik kami rapikan kembali hasil diskusi dalam power point kami. Setelah rapi kami upload di LMS masing masing sebelum tenggat waktu. Setelah itu kami mengikuti Elaborasi Pemahaman dari narasumber hebat, mendapatkan ilmu dan pemantapan materi tentang Pembelajaran Berdiferensiasi.

Serelah elaborasi pemahaman kami memnuat Demonstrasi Kontekstual dalam materi pembelajaran berdiferensiasi berupa RPP mapel yang berdiferensiasi. Setelah demonstrasi kontekstual kami akan mengaitkan materi dalam setiap bagian modul dengan Koneksi Antar Materi. Setelah koneksi Antar materi (KAM) maka akan kami lanjutkan dengan membuat Aksi Nyata Modul 2.1.

2. Feelings (Perasaan)

Pada modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi membuat saya merasa sangat senang namun penasaran karena harus memperhatikan semua kebutuhan murid yang tentu satu sama lain berbeda kebutuhan. Selama ini saya hanya berfokus pada ketercapaian materi kurikulum, sehingga harus harus mengejar ketuntasan belajar. dampak yang ada adalah belum semua murid dapat belajar sesuai dengan kebutuhannya dan ada sedikit pengabaian tentang ternyata banyak keberagaman kebutuhan belajar murid dalam satu kelas. Hal ini tentunya harus kita kaitkan dengan nilai-nilai Filososfi pendidkan menurut KH Dewantara bahwa belajar adalah menuntun murid untuk mencapai tujuan belajar dan dalam mencapai tujuan belajar tersebut diharapkan guru dapat menuntun murid dengan berbagai macama cara

atau metode yang sesuai dengan kebutuhan murid. Saya sangat senang dan lebih memahami menjadi tahu dalam menyusun RPP dengan pembelajaran  berdiferensiasi., saya sangat bahagia bisa menyusun langkah-langkah pembelajran untuk menyelaraskan dengan karakteristik murid. Saya sangat senang karena banyak hal yang saya dapatkan dari pelatihan ini dan siap saya terapkan di kelas serta berbagi dengan reksn sejawat dan disekolah ataupun lingkup yang lebih luas lagi.

3. Findings (Pembelajaran)

Pembelajaran berdiferensiasi itu dibuat agar para guru dapat melaksanakan pembelajaran yang mampu untuk mengakomodir semua kebutuhan belajar murid. Guru harus mampu untuk memiliki kepekaan dalam merespon semua kebutuhan murid. Tentu dalam mememnuhi kebutuhan murid ada beberapa hal

yang harus diperhatikan seperti :

1. Kesiapan belajar (Readiness)

2. Minat belajar

3. Profil belajar murid.

Kemudian dalam pembelajaran berdiferensiasi kita juga harus memperhatikan beberapa strategi antara lain:

1. Diferensiasi proses

2. Diferensiasi konten

3. Diferensiasi produk

Dalam proses penilaian, guru menggunakan penilaian berjenjang, dengan harapannya semua murid memperoleh kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran, sehingga murid akan mendapatkan lingkungan yang aman dan nyaman dalam proses pembelajaran. Kali ini saya mendapatkan pelajaran tentang bagaimana kita menyiapkan pembelajaran dengan model berdiferensiasi. Dan tentu saja ini sangat bermanfaat agar semua kebutuhan murid minimal dapat kita akomodir.

 4. Future ( Penerapan)

Dalam modul ini, saya belajar untuk lebih memperhatikan kompetensi saya dalam memilih aktivitas belajar yang sesuai dengan gaya belajar murid. Hal ini tentu untuk menghindari dari pengalaman belajar yang kurang tepat, kurang berpihak pada murid dan kuang menyenankan. Saya mencoba menerapkan di kelas dan imbaskan kepada rekan sejawat di sekolah bahkan di lingkup yang lebih luas sehingga harapan saya semua guru dapat mengetahui seperti apa itu penvelajaran berdiferensiasi dan bagaimanakah penerapannya di kelas dalam pembelajaran.

Penerapan modul ini saya buat dalam PTK materi InteraksiMakhluk hidup dengan Lingkungan di kelas VIIC SMPN 2 Karanganyar.

 

Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat terlaksana dengan baik dan efektif, maka perlu dilakukan pemetaan kebutuhan belajar murid yaitu berdasarkan kesiapan murid, minat murid dan profil belajar murid. Penilaian ini dilakukan yaitu dengan asesemen diagnostik non kogitif. Data pemetaan ini dapat diperoleh dari data tahun lalu atau pada semester sebelumnya. Bisa melalui angket, soal pilhan ganda, wawancara, pengamatan dan lainnya sessama rekan guru dan wali murid.

Bagi saya ini merupakan materi yang sangat baik agar dapat kami terapkan di sekolah, berbagi dengan rekan guru ataupun dengan murid baik disekolah maupun di luar sekolah. Dalam proses ini tentu saja saya akan belajar dan terus belajar. Semoga saya dapat terus berkontribusi dalam memajukan dunia pendidikan ke arah lebih maju lagi sehingga kita dapat mempersiapkan murid menjadi pemimpin.





Sabtu, 20 Mei 2023

jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.2. HTW

 


 

 OLEH 
HERY TEGUH WIYONO
SMPN 2 KARANGANYAR -  CGP KABUPATEN NGAWI

  Jurnal ini sebagai refleksi diri setelah selama dua minggu kedua mengikuti kegiatan Pendidikan CGP yang kedepannnya akan ditulis secara rutin selama dua mingguan sebagai tugas yang harus dikerjakan oleh seorang calon guru penggerak.

Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model 1 yaitu model 4F: Fact; Feeling; Findings; dan Future, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P yakni: Peristiwa; Perasaan; Pembelajaran; dan Penerapan.

  1. Facts (Peristiwa)

Setelah saya mempelajari modul 1.1 yang berkaitan tentang Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara, maka kami melanjutkan ke materi 1.2 mengenai Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak. Pada modul ini saya mulai dengan mempelajari materi kemudian kami diminta untuk membuat trapesium usia. Trapesium usia ini merupakan gambaran diri saya dimulai dari mengawali Pendidikan yang saya tempuh di usia taman kanak-kanak sampai pada usia sekarang bekerja sebagai guru. Pada saat usia sekolah kami diminta mengingat satu dari beberapa kejadian positif dan negatif yang pernah saya alami. Pada saat proses membuat trapezium usia, saya dapat mengingat betul walau kejadiannya sudah sangat lama terjadi baik itu mengenai hal positf dan negative yang pernah saya alami yang berkaitan dengan guru saya dulu. Disini saya menyadari bahwa peran guru sangat berpengaruh kepada saya. Saya harus bisa menjadi seorang guru yang nantinya memberikan pengaruh positif kepada peserta didik saya, dan berusaha sebaik mungkin tidak memberikan pengaruh negative kepada anak sehingga momen ini menjadikan sebagai jekadian negative yang akan dikenang selamanya oleh peseta didik saya.



Kemudian pada materi selanjutnya, saya diminta untuk mengidentifikasi nila-nilai guru penggerak yang sudah ada pada diri saya. Kemudian bagaimana nilai-nilai guru penggerak tersebut bisa dilakukan dan dioptimalkan dalam pembelajaran (pemimpin belajar). Materi di dalam modul 1.2 ini terbagi atas 3 materi besar yaitu bagian A tentang konsep manusia tergerak, lalu bagian B tentang konsep manusia bergerak, dan bagian C tentang konsep menggerakkan manusia.

Selanjutnya saya dan teman-teman diarahkan pada ruang kolaborasi oleh fasilitator kami untuk berdiskusi Bersama, yang nantinya kami dibgai-bagi kedalam beberapa kelompok. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua kali pertemuan   mempresentasikan hasil diskusi kelompok.Di dalam kelompok ini, kami diminta membuat karya yang berisi gambaran singkat yang berbasis kekuatan nilai lalu merancang satu kegiatan yang sesuai dengan satu peran GP yang kelompok pilih. Pada diskusi ini kelompok kami, memilih peran sebagai coach bagi guru lain untuk sharing materi kepada rekan guru lainnya mengenai penilaian berbasis literasi dan numerasi. Hasil ruang kolaborasi kami upload pada tanggal 17 November 2022.

 

Keesokan harinya pada tanggal 17 November kami kegiatan Elaborasi Pemahaman 1.2 secara virtual pukul 13.00 s.d 15.00 Bersama In Bu Rosmala Dewi.. Beliau memaparkan materi secara terperinci dan jelas, sehingga saya semakin memahami materi pada modul 1.2 berkaitan dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak serta mendapat banyak pemahaman baru hasil dari diskusi dan intruktur melalui tanya jawab yang dilontarkan ataupun tanggapan oleh CGP lainnya dari beberapa daerah lain.

 

2.Feelings (Perasaan)

Setelah mempelajari modul ini, tentang nilai dan peran guru penggerak, saya menyadari sudah terdapat beberapa nilai dan peran guru penggerak yang selama ini sudah saya lakukan secara tidak saya sadari. Saya merasa senang akan hal itu. Akan tetapi, saya harus tetap tergerak dan termotivasi untuk terus memperbaiki diri dan memenuhi beberapa nilai dan peran guru penggerak yang belum saya kembangkan dan lakukan pada diri saya sebagai guru di sekolah dan dimasyrakat. Saya meginginkan kedepannya, saya mampu menjadi contoh bagi rekan-rekan kerja saya untuk tergerak Bersama pula mewujudkan peserta didik yang memiliki karakter sebagai profil pelajar Pancasila.

3.Findings (Pembelajaran)

Pengalaman saya selama mempelajari modul 1.2 ini sangat beragam. Saya menjadi menegtahui bagaimana cara kerja otak manusia yang terdiri dari dua yakni thinking fast dan thinking slow. Selama ini saya meyakini bahwa berfikir cepat dan tanggap serta akurat merupakan hal yang baik. Sekarang saya lebih memahami bahwa sebaiknya sebagai seorang pendidik saya harus membiasakan diri untuk berfikir lambat (thingking slow) supaya saya lebih dapat memberikan keputusan tidak terburu-buru dan lebih bijaksana sehingga mampu menilai dan melihat dari berbagai sudut/aspek sebelum memutuskan sesuatu.

Hal lainnya yang saya dapatkan adalah saya menjadi mengetahui 5 kebutuhan dasar manusia, yakni kebutuhan kasih sayang dan rasa diterima, kekuasaan, kesenangan, kebebasan, dan bertahan hidup. Kemudian tahap perkembangan manusia secara psikososial menurut erik erikson, bahwa setiap anak memiliki cara pandang sesuai dengan tahap tumbuh kembangnya. Diharapkan ketika kita sudah mengetahui psikososial di setiap tahap perkembangan manusia, kita menjadi tahu apa yang harus saya lakukan ketika berhadapan dengan peserta didik untuk menyesuaikan terhadap apa yang harus saya lakukukan sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Selanjutnya diagram identitas gunung es yang menjelaskan konsep penumbuhan karakter. Fenomena gunung es di lautan dapat menggambarkan apa yang terlihat di permukaan tidak dapat menggambarkan apa yang ada di dalam laut. Fenomena ini dapat digunakan untuk membuat perumpamaan karakter. Karakter yang terlihat hanya 12% sedangkan 88% tidak terlihat.

Yang terakhir adalah materi mengenai 5 nilai dan peran dari guru penggerak yang harus saya miliki yakni sebagai pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudan kepemimpinan murid dan menggerakkan komunitas praktisi.

 

4.Future (penerapan)

Penerapan ke depan (Rencana) pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak. Saya akan memulai dari diri saya sendiri untuk memperbaiki cara mengajar, menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid dan menyenangkan, berpihak pada murid dan penuh dengan inovasi. Menerapkan pembelajaran didalam dan luar ruangan dan yang paling penting menciptakan kenyamanan murid dalam belajar. Saya mewujudkan mandiri belajar dari berbagai sumber dan media untuk meningkatkan kualitas diri saya semacam mengikuti webinar, pelatihan dan melanjutkan Pendidikan saya ke jenjang berikutnya. Mencoba berfikir reflektif dan matang dalam menentukan sikap dan tindakan dan keputusan saya.