Oleh. Hery Teguh Wiyono
CGP Angkatan 7
Kabupaten Ngawi
Jurnal refleksi merupakan
salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru
untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam
mengevaluasi sebuah topik secara kritis. Menuliskan jurnal refleksi secara rutin
akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi
apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan
langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung.
Salah satu Jurnal Refleksi yang
akan saya bahas pada postingan kali ini adalah Model 5R (Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Reconstructing).
Apa itu model 5R? Dan bagaimana contoh penggunaan model tersebut dalam jurnal
refleksi mingguan? Untuk mengetahui semua itu mari kita akan bahas satu
persatu.
Model refleksi 5M diadaptasi
dari model 5R. 5M terdiri dari langkah-langkah berikut:
1.
Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang
terjadi
2.
Merespon (Responding): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam
menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini,
pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung.
3.
Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan
pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki.
4.
Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa
peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain,
misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis
tersebut.
5.
Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika
menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.
Berikut saya akan bagikan contoh
penggunaan model 5R (Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Reconstructing) dalam
penggunaan jurnal refleksi mingguan yang telah saya buat.
A.
Reporting
Mulai tanggal 25 Februari 2023
Modul 2.2 yang berkenaan dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional dimulai untuk
dipelajari melalui Learning Managemen System (LMS) mulai dari kegiatan
Pendahuluan dimana isinya terkait tahapan yang akan ditempuh selama mempelajari
modul 2.2 ini yang memalui alur MERDEKA yaitu Mulai dari diri sensiri,
Elaborasi Konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Koneksi antar
materi dan Aksi nyata.
Mulai diri (25 Februari s.d 1 Maret
2023)
Berkenaan dengan : Merefleksikan
pengalaman diri dalam menghadapi sebuah krisis pribadi dan pengaruh krisis
tersebut bagi dirinya sebagai pendidik dan Merefleksikan pengalaman seorang
murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan, dan kemampuan membangun
hubungan yang positif dengan orang lain dan pengaruhnya terhadap
pembelajarannya.
Eksplorasi Konsep (Selasa, 28 Februari 2023)
Menganalisis konsep 5 KSE (kesadaran diri, pengelolaan diri,
kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab) yang berbasis kesadaran penuh dalam 5 contoh kasus.
Ruang Kolaborasi (Rabu, 1 Maret 2023)
Mendiskusikan dan menyusun inisiatif program penguatan kompetensi sosial dan
emosional bagi murid dan rekan sejawat di sekolah.
Demonstrasi Kontekstual (Rabu, 8 Maret 2023)
Mendemonstrasikan pemahaman tentang implementasi pembelajaran Kompetensi Sosial
dan Emosional dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Elaborasi Pemahaman (Senin, 6 Maret 2023)
Setelah memahami konsep kunci dan implementasi pembelajaran sosial
emosional berbasis kesadaran penuh melalui pembelajaran mandiri dan
gotong royong, CGP akan mengelaborasikan pemahaman tersebut lebih lanjut
melalui tanya-jawab dan diskusi.
Koneksi Antarmateri
CGP mengambil makna dari pengalaman yang berkaitan dengan pembelajaran 5 (lima)
kompetensi sosial dan emosional, membuat kesimpulan tentang perubahan
pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak
pada murid setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional dan membuat
koneksi materi pembelajaran sosial dan emosional dengan modul-modul sebelumnya.
Aksi Nyata
Membagikan pemahaman tentang implementasi pembelajaran sosial emosional melalui
4 indikator yaitu: pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru
dan serta kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan sekolah, dan penguatan
kompetensi sosial dan emosional rekan sejawat di sekolah kepada rekan sejawat
atau komunitas, dan merefleksikannya.
B. Responding
Pada kegiatan forum komunikasi dengan fasilitator
sebagai bahan persiapan diskusi ruang eksplorasi konsep saya mengajukan
pertanyaan : Tahapan apa saja yang perlu dilakukan kita selaku guru
dalam melakukan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) agar pembelajaran
tersebut berhasil dan berdaya guna?
Pada kegiatan aktivitas eksplorasi konsep kami berdiskusi secara sinkronus
terkait materi Pembelajaran Sosial dan Emosional terutama Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang mencerminkan PSE. Selanjutnya peserta mendiskusikannya
di Brek of Room (BOR) masing-masing dimana hasilnya dipresentasikan pada Ruang
Kolaborasi pada tanggal 1 Maret 2023 mulai pukul 15:40 – 17:45 ada kegiatan
tersebut kami mempresentasikan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) jenjang SMP
dan tampil pada urutan ke-2. Dalam diskusi tersebut peserta menanyakan terkait
durasi waktu PSE dalam rancangan pembelajaran yang kami sampaikan dan kelompok
kami meresponnya bahwa waktu tersebut bisa tersurat dalam RPP bisa juga
tersirat dalam kegiatan.
C. Relating
Dari pembelajaran mandiri pada modul, diskusi dengan rekan CGP, Bapak Pengajar Praktik, Ibu Fasilitator serta Bapak Instruktur, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa PSE dapat mengurangi stress dan tekanan yang dialami dalam proses belajar sehingga membantu peserta didik menjadi individu yang memiliki sikap positif baik terhadap diri maupun terhadap orang lain dalam berkehidupan sosial.
Dengan mempelajari materi terkait Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) permasalahan yang terjadi baik pada diri sendiri, rekan kerja serta peserta didik untuk penanganannya diperlukan pengetahuan, pemahaman mendalam serta pendekatan yang tepat terutama bagi peserta didik dalam pembelajaran dimana kita selaku guru yang berperan sebagai among dalam pembelajaran siswa tersebut diperlukan pengimplementasian PSE ini dalam kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sehingga peserta didik menjadi aman, nyaman dan menyenangkan selama pembelajaran tersebut.
D. Reasoning
Setelah dianalisa ternyata selama ini Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) sebetulnya sudah dilaksanakan baik secara pribadi juga oleh rekan guru lainnya hanya saja keilmuannya belum tersampaikan untuk itu diperlukan adanya sosialisasi secara berkelanjutan terkait pembelajaran diferensial dan PSE ini, selain sosialisai diperlukan juga dukungan penuh dari pihak sekolah terutama stake holder dalam mewujudkan PSE dan pembelajaran berdiferensiasi sehingga tujuan pembelajaran yang ingin dicapai peserta didik dapat tercapai dengan optimal, yang terjadi selama ini kadang hasil pengamatan peserta didik terkait type dan minat belajar, serta profil belajar siswa merupakan hasil pengamatan masing-masing guru bukan hasil penelitian secara umum dari pihak sekolah dan berdampak pada subjek yang sama hasilnya berbeda-beda, untuk itu diperlukan adanya pemyamaan format dan hasil yang diperoleh.
E. Reconstructing
Pembelajaran diferensial dan sosial emosional bagi warga sekolah terutama bagi peserta didik sangat diperlukan guna mengurangi tingkat stress di dalam pembelajaran.
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan dukungan moril dan materil, sosialisasi dan penyamaan data sehingga dengan adanya penyamaan sumber data akan memudahkan pemetaan, dan penanganan baik guru, tenaga kependidikan terutama kegiatan pembelajaran siswa. Diharapkan dengan dukungan dan pengetahuan yang dimiliki terkait pembelajaran berdiferensiasi dan Sosial Emosional akan berdampak pencapaian tujuan pembelajaran siswa dapat diraih dengan maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar