Selasa, 01 September 2020

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL ERA PANDEMI (Artikel Seaqis Qitep)

 


Sejak dihentikannya pembelajaran tatap muka untuk sementara pada pertengahan bulan Maret 2020 karena pandemi Covid 19, maka tatanan dalam dunia pendidikan  mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan tersebut bukan hanya masalah  perubahan pola pembelajaran dari tatap muka menjadi daring,  tetapi strategi pembelajaran yang diterapkan otomatis juga berubah.

Terkait strategi pembelajaran, maka faktor guru dianggap berperan dominan untuk mendukung keberhasilan pembelajaran. Survei yang dilakukan penulis pada komunitas guru IPA Kab.Ngawi menyatakan lebih 65% guru belum siap melaksanakan pembelajaran daring. Terlebih RPP yang ada selama ini tidak disiapkan pada kondisi keadaan yang tidak normal (pandemi). Kebanyakan guru dalam merancang pembelajaran melalui RPP masih merasa terbebani sebagai masalah administrasi normatif, walaupun seharusnya sebagai pendidik harus menyadari bahwa RPP merupakan bagian dari tugas bagi seorang pendidik.

Belajar dari rumah berdasarkan surat edaran Mendikbud nomor 04 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran covid 19 dihimbau untuk dapat memberikan pengalaman yang bermakna dan pendidikan kecakapan hidup. Strategi untuk memfasilitasi hal tersebut, guru harus menyiapkan materi pembelajaran yang dapat berpengaruh terhadap pengalaman dan kecakapan hidup siswa dari konsep-konsep sederhana dilingkungan siswa.

Misal pada konsep kalor diajarkan bagaimana membantu orang tua memasak dibuat laporan terjadinya perpindahan kalor pada alat dan proses memasak yang dialami. Pada konsep perpindahan energi siswa dapat menganalisa terjadinya perubahan energi pada alat listrik dirumahnya dan berperilaku bijak untuk menghemat energi. Pada materi ciri-ciri kehidupan, siswa dapat membuat pengamatan ciri-ciri kehidupan di lingkungan sekitar rumahnya. Pembelajaran fotosintesa dapat dilaksanakan secara inquiry terbimbing, sehingga siswa dapat menemukan konsep pada fotosintesa misal dengan uji coba ingenhous menggunakan peralatan sederhana seperti botol bekas sesuai LK yang disiapkan oleh guru.

Pengembangan yang lebih aktual dan kreatif misal materi organ pada tumbuhan guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan STEM dalam skala sederhana. Maksudnya masih dalam tahap perancangan tanpa menghasilkan produk. Jika menghasilkan produk juga menggunakan bahan yang terjangkau di lingkungan siswa. Disini siswa dimotivasi untuk mengaitkan konsep produk yang berhubungan dengan kesehatan yaitu tahapan mendesain APD berupa face shiled. Siswa dapat berimprovisasi bagaimana membuat desain face shield misal berupa arahan dari desain tersebut yang terinspirasi dari pelepah pohon pisang dapat dibuat model face shield yang dikembangkan menjadi bentuk lain yang inovatif, seperti kelengkungan sesuai permukaan wajah manusia. Kriteria STEM dapat dimunculkan misal struktur dan kelenturan organ tumbuhan, pemilihan desain memperhatikan pengembangan teknologi apa pada face shield yang bermanfaat, misal desain diberi sensor suhu, rancangan juga memperhatikan sasaran anak dan dewasa termasuk kalkulasi ukuran area yang sesuai.

Contoh tersebut tentu bukan wajib diterapkan, artinya guru tetap memperhatikan kondisi siswa. Hal tersebut menurut Iwan Syahril, Dirjen GTK Kemdikbud dalam siaran pers nomor 140/sipres/A6/VI/2020 menyatakan bahwa ketuntasan kurikulum tidak boleh dipaksakan pada masa pandemi. Pernyataan tersebut tentu sebagai kebijaksanaan yang memberikan rambu-rambu bahwa pembelajaran yang dilakukan mesti menyesuaikan situasi dan kondisi peserta didik dari segi humanisme, sehingga peserta didik tidak akan merasa terbebani apalagi stress.  Jadi pembelajaran IPA tetap memperhatikan dari hal yang sederhana dan dapat diadaptasikan secara kontekstual dengan memperhatikan kondisi yang ada di lingkungan siswa.

 

 


Tidak ada komentar: