Sejak
dihentikannya pembelajaran tatap muka untuk sementara pada pertengahan bulan Maret 2020 karena
pandemi Covid 19, maka
tatanan dalam dunia pendidikan mengalami perubahan yang signifikan. Perubahan tersebut
bukan hanya masalah perubahan pola
pembelajaran dari
tatap muka menjadi daring, tetapi
strategi pembelajaran yang diterapkan otomatis juga berubah.
Terkait strategi pembelajaran, maka faktor guru dianggap berperan
dominan untuk mendukung keberhasilan pembelajaran. Survei yang dilakukan penulis pada komunitas guru IPA Kab.Ngawi menyatakan lebih 65% guru belum siap melaksanakan
pembelajaran
daring. Terlebih RPP yang ada selama ini tidak disiapkan pada kondisi keadaan
yang tidak normal (pandemi). Kebanyakan guru dalam merancang pembelajaran melalui RPP masih merasa
terbebani sebagai masalah administrasi normatif, walaupun seharusnya sebagai pendidik harus menyadari bahwa RPP merupakan bagian dari tugas bagi seorang pendidik.
Belajar dari rumah berdasarkan surat edaran Mendikbud
nomor 04 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat
penyebaran covid 19 dihimbau untuk dapat memberikan pengalaman yang bermakna
dan pendidikan kecakapan hidup. Strategi untuk memfasilitasi hal tersebut, guru
harus menyiapkan materi pembelajaran yang dapat berpengaruh terhadap pengalaman
dan kecakapan hidup siswa dari konsep-konsep sederhana dilingkungan siswa.
Misal pada konsep kalor diajarkan bagaimana membantu
orang tua memasak dibuat laporan terjadinya perpindahan kalor pada alat dan
proses memasak yang dialami. Pada konsep perpindahan energi siswa dapat
menganalisa terjadinya perubahan energi pada alat listrik dirumahnya dan
berperilaku bijak untuk menghemat energi. Pada materi ciri-ciri kehidupan,
siswa dapat membuat pengamatan ciri-ciri kehidupan di lingkungan sekitar rumahnya.
Pembelajaran fotosintesa dapat dilaksanakan secara inquiry terbimbing,
sehingga siswa dapat menemukan konsep pada fotosintesa misal dengan uji coba ingenhous
menggunakan peralatan sederhana seperti botol bekas sesuai LK yang disiapkan
oleh guru.
Pengembangan yang lebih aktual dan kreatif misal
materi organ pada tumbuhan guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan STEM dalam skala sederhana. Maksudnya masih dalam tahap perancangan
tanpa menghasilkan produk. Jika menghasilkan produk juga menggunakan bahan yang
terjangkau di lingkungan siswa. Disini siswa dimotivasi untuk mengaitkan konsep
produk yang berhubungan dengan kesehatan yaitu tahapan mendesain APD berupa face
shiled. Siswa dapat berimprovisasi bagaimana membuat desain face shield
misal berupa arahan dari desain tersebut yang terinspirasi dari pelepah pohon
pisang dapat dibuat model face shield yang dikembangkan menjadi bentuk
lain yang inovatif, seperti kelengkungan sesuai permukaan wajah manusia. Kriteria STEM dapat dimunculkan misal
struktur dan kelenturan organ tumbuhan, pemilihan desain memperhatikan
pengembangan teknologi apa pada face shield yang bermanfaat, misal
desain diberi sensor suhu, rancangan juga memperhatikan sasaran anak dan dewasa
termasuk kalkulasi ukuran area yang sesuai.
Contoh tersebut tentu bukan wajib diterapkan, artinya
guru tetap memperhatikan kondisi siswa. Hal tersebut menurut Iwan Syahril,
Dirjen GTK Kemdikbud dalam siaran pers nomor 140/sipres/A6/VI/2020 menyatakan bahwa
ketuntasan kurikulum tidak boleh dipaksakan pada masa pandemi. Pernyataan
tersebut tentu sebagai kebijaksanaan yang memberikan rambu-rambu bahwa
pembelajaran yang dilakukan mesti menyesuaikan situasi dan kondisi peserta
didik dari segi humanisme, sehingga peserta didik tidak akan merasa
terbebani apalagi stress. Jadi pembelajaran
IPA tetap memperhatikan dari hal yang sederhana dan dapat diadaptasikan secara
kontekstual dengan memperhatikan kondisi yang ada di lingkungan siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar